Anak Presiden Duterte Pernah Suruh Bunuh Perebut Gebetannya

Reporter

Kamis, 15 September 2016 15:22 WIB

Paolo Duterte. Davao City Information Office

TEMPO.CO, Manila - Dalam perkembangan terbaru kesaksian mantan anggota jagal Rodrogo Duterte, Edgar Matobato, di hadapan Senat Filipina, terungkap bahwa dia pernah diperintah anak Duterte, Paolo Duterte, untuk membunuh pengusaha hotel pada 2014.

Dalam pengakuannya, Matobato mengatakan bahwa tidak hanya Duterte—yang kala itu menjabat sebagai Wali Kota Davao—yang memberikan perintah pembunuhan di luar hukum, tapi Paolo juga pernah memanfaatkan skuad jagal yang diberi nama Regu Kematian Davao (Davao Death Squad-DDS) tersebut. Bahkan perintah pembunuhan tersebut dilakukan untuk alasan yang bersifat pribadi.

Paolo, yang saat ini menjabat Wakil Wali Kota Davao, memerintahkan DDS untuk membunuh orang asal Cebu atau Cebuano, Richard King pada 2014. King, pemilik Crown Regency Group of Hotels, ditembak mati di Kota Davao pada 12 Juni 2014.

Baca: Duterte Pernah Perintahkan 'Regu Jagal' Bunuh Jurnalis

Paolo marah kepada King karena menjadi saingannya dalam memperebutkan seorang wanita. Menurut Matobata, King dituding mengincar wanita idaman Paolo hanya berdasarkan isu atau kabar angin yang beredar. Tidak ada bukti bahwa pemilik hotel itu benar-benar dekat dengan wanita yang dimaksud.

Matobato, yang kemudian mengatakan dia bukan bagian dari kelompok yang mengeksekusi King, menuduh pembunuhnya berjumlah dua orang. Mereka dilaporkan dibayar 500 ribu peso atau sekitar Rp 137,9 juta.

Setelah pembunuhan itu, Matobato justru dijadikan sebagai kambing hitam dan dituduh membunuh King. Penyebabnya, saat itu Matobato menyatakan ingin meninggalkan DDS.

Gara-gara mau meninggalkan DDS, Matobato ditangkap dan disiksa selama seminggu, kemudian dibebaskan. Dia lalu bersembunyi di Cebu, Leyte, dan Samar.

Pada Agustus 2014, Matobato mencari perlindungan ke Komisi Hak Asasi Manusia (CHR), tapi diberi tahu bahwa mereka tidak akan mampu melindunginya. Sebulan kemudian, ia pergi ke Kementerian Kehakiman dan ditempatkan di bawah program perlindungan saksi.

Baca: Kesaksian 'Regu Jagal': Duterte Pernah Perintah Bunuh Muslim

Matobato, yang merupakan saksi kunci kekejaman Duterte pada masa lalu, mengaku memutuskan untuk mengungkapkan informasi terkait dengan misi DDS, setelah Duterte terpilih menjadi presiden, karena khawatir akan keamanannya.

Matobato juga mengungkapkan bahwa Paolo adalah seorang pecandu narkoba. Ini menjadi alasan sang ayah memerintahkan pembantaian ribuan orang tanpa melalui pengadilan. Dia juga menuduh Paolo terlibat dalam penyelundupan ilegal dan melindungi bandar narkoba asal Cina yang beroperasi di Kota Davao.

Selain itu, beberapa pembunuhan pernah diperintahkan oleh Paolo, termasuk membunuh seorang pria pada 2013 yang memotong antrean saat hendak mengisi bahan bakar di SPBU.

RAPPLER | INTERAKSYON | YON DEMA





Advertising
Advertising

Berita terkait

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

1 Februari 2024

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

Menanggapi tuduhan keras Duterte, Marcos hanya tertawa. Dia menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tanggapan serius terhadap pertanyaan tersebut.

Baca Selengkapnya

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

31 Januari 2024

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.

Baca Selengkapnya

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

12 September 2023

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

Maria Ressa, peraih Nobel Perdamaian 2021 bersama jurnalis Rusia, mendapatkan reputasi karena pengawasan terhadap mantan Presiden Rodrigo Duterte.

Baca Selengkapnya

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

10 Mei 2022

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

Sekitar 400 mahasiswa melakukan protes di luar gedung Komisi Pemilihan Filipina menentang kemenangan Ferdinand Marcos Jr dalam pemilihan presiden

Baca Selengkapnya

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

9 Mei 2022

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

Calon-calon yang bertarung dalam pilpres Filipina ada 10 kandidat dan terdapat 3 nama yang digadang-gadang menggantikan Presden Duterte.

Baca Selengkapnya

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

7 Februari 2022

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

Putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos menjadi kandidat yang paling berpeluang menggantikan Presiden Rodrigo Duterte

Baca Selengkapnya

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

17 Januari 2022

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

Komisi pemilihan umum (KPU) Filipina menolak petisi yang berusaha untuk melarang putra mendiang diktator Ferdinand Marcos menjadi capres

Baca Selengkapnya

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

14 Januari 2022

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

Aturan pemerintah Filipina ini menuai kecaman karena dianggap mendiskriminasi warga miskin yang belum memperoleh akses vaksin COVID-19

Baca Selengkapnya

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

7 Januari 2022

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

Warga Filipina yang belum imunisasi vaksin Covid-19 agar tidak keluar rumah jika tidak mendesak. Mereka bakal ditahan jika tak patuh.

Baca Selengkapnya

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

5 Januari 2022

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia tidak akan pernah meminta maaf atas kematian tersangka narkoba yang dibunuh di luar hukum.

Baca Selengkapnya