Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Duterte Pernah Perintahkan 'Regu Jagal' Bunuh Jurnalis  

image-gnews
Edgar Matobato, anggota Davao Death Squad, mengambil sumpah di hadapan komite Senat pada keadilan dan hak asasi manusia, 15 September, 2016. RICHARD REYES/PHILIPPINE Inquirer DAILY
Edgar Matobato, anggota Davao Death Squad, mengambil sumpah di hadapan komite Senat pada keadilan dan hak asasi manusia, 15 September, 2016. RICHARD REYES/PHILIPPINE Inquirer DAILY
Iklan

TEMPO.CO, Manila- Pengakuan mengejutkan datang dari seorang mantan jagal di Davao City, Filipina terkait keterlibatan presiden Rodrigo Duterte terlibat pembunuhan seorang jurnalis tahun 2003. Saat itu, Duterte menjabat sebaga wali kota Davao.

Edgar Matobato, mantan anggota jagal dengan organisasinya dinamai Regu kematian Davao (Davao Death Squad-DDS), menjelaskan Duterte memerintahkan untuk membunuh Jun Pala, jurnalis radio yang terkenal kerap memberikan kritik keras terhadap pemerintahannya.

Pengakuan tersebut dibuat Matobato saat memberikan kesaksian di bawah sumpah untuk bersaksi di hadapan Senat hari ini, 15 September 2016 Kesaksian ini sebagai kelanjutan dari rapat dengar pendapat Komite Senat untuk keadilan dan hak asasi manusia mengenai serentatan pembunuhan di Filipina.

Baca: Kesaksian 'Regu Jagal': Duterte Pernah Perintah Bunuh Muslim

 Matobato yang dihadirkan di Senat oleh Senator Leila de Lima mengaku telah menjadi anggota DDS selama puluhan tahun, mengatakan bahwa kelompok preman i membunuh Pala atas perintah Duterte.

"Benar, Duterte yang memerintahkan untuk membunuh Jun Pala saat menjabat sebagai wali kota Davao pada 2003," jawab Matobato ketika ditanya De Lima, seperti yang dilansir Inquirer pada 15 September 2016.

Ketika De Lima kembali memberikan pertanyaan terkait alasan perintah pembunuhan tersebut, Matobato menjawab bahwa Duterte tidak suka dengan Pala yang kerap mengkritiknya melalui saluran radio.

Namun, Matobato bukan eksekutor pembunuhan Pala, karena terlambat datang untuk bergabung dengan operasi tersebut. Akhirnya temannya yang dikenal dengan kode rahasia SpO2 Jun Ayao, SPO3 Jun Loresma dan beberapa pemberontak yang bergabung dengan DDS ditugaskan melakukan pembunuhan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Sumpah Duterte ke Abu Sayyaf: Saya Akan Memakanmu

Matobato mengatakan ia menunggu di sebuah restoran di Ecoland yang menjadi langganan Duterte untuk memastikan bahwa Pala benar-benar tewas.

Pala, 49 tahun yang bekerja di radio dxGO tewas pada 6 September 2003 setelah ditembak oleh orang yang tidak dikenal di jalan dekat rumahnya di Empress Subbagian, Davao. Kematiannya menjadi misteri besar di Filipina.

Ketika Duterte baru dilantik menjadi penguasa Malacanang sempat mengkritik wartawan korup yang dianggap kerap menggunakan profesinya untuk memeras uang politisi, bahkan menyebut Pala sebagai contohnya.

"Contohnya adalah Pala. Saya tidak ingin membuka lagi memori, tapi dia adalah seorang anak busuk dari pelacur. Dia layak mendapatkannya," ujar Duterte.

Selain pembunuhan terhadap Pala, Matobato dalam kesaksiannya juga mengaku telah diperintah oleh Duterte untuk meledakkan bom di masjid setelah bom meledak di Katedral di kota Davao tahun 1993. Beberapa kejahatan lainnya juga telah diperintahkan Duterte dengan memanfaatkan kewenangannya saat itu.
INQUIRER|YON DEMA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

1 Februari 2024

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. Aaron Favila/POOL via REUTERS
Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

Menanggapi tuduhan keras Duterte, Marcos hanya tertawa. Dia menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tanggapan serius terhadap pertanyaan tersebut.


Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

31 Januari 2024

Partai PDP-Laban pimpinan Cusi mencanangkan tim Go-Duterte untuk pemilihan presiden 2022.[Inquirer.net]
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.


Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

12 September 2023

Maria Ressa. REUTERS
Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

Maria Ressa, peraih Nobel Perdamaian 2021 bersama jurnalis Rusia, mendapatkan reputasi karena pengawasan terhadap mantan Presiden Rodrigo Duterte.


Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

10 Mei 2022

Mahasiswa dan aktivis berkumpul di luar Komisi Pemilihan untuk memprotes penghitungan tidak resmi pemilihan nasional, menunjukkan kandidat presiden Ferdinand
Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

Sekitar 400 mahasiswa melakukan protes di luar gedung Komisi Pemilihan Filipina menentang kemenangan Ferdinand Marcos Jr dalam pemilihan presiden


Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

9 Mei 2022

Ferdinand Marcos Jr. putra mendiang diktator Filipina Ferdinand Marcos ikut mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan tahun depan (REUTERS | Romeo Ranoco)
Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

Calon-calon yang bertarung dalam pilpres Filipina ada 10 kandidat dan terdapat 3 nama yang digadang-gadang menggantikan Presden Duterte.


Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

7 Februari 2022

Ferdinand Marcos Jr. putra mendiang diktator Filipina Ferdinand Marcos ikut mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan tahun depan (REUTERS | Romeo Ranoco)
Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

Putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos menjadi kandidat yang paling berpeluang menggantikan Presiden Rodrigo Duterte


KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

17 Januari 2022

Seorang demonstran memegang poster selama protes menyusul pengumuman pencalonan Ferdinand
KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

Komisi pemilihan umum (KPU) Filipina menolak petisi yang berusaha untuk melarang putra mendiang diktator Ferdinand Marcos menjadi capres


Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

14 Januari 2022

Seorang polisi memeriksa penumpang di dalam jeepney yang melewati pos pemeriksaan pada hari pertama lockdown dua minggu untuk mencegah penyebaran varian Delta Covid-19 di Quezon City, Metro Manila, Filipina, 6 Agustus 2021. REUTERS/Eloisa Lopez
Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

Aturan pemerintah Filipina ini menuai kecaman karena dianggap mendiskriminasi warga miskin yang belum memperoleh akses vaksin COVID-19


Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

7 Januari 2022

Rodrigo Duterte. REUTERS
Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

Warga Filipina yang belum imunisasi vaksin Covid-19 agar tidak keluar rumah jika tidak mendesak. Mereka bakal ditahan jika tak patuh.


Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

5 Januari 2022

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Sumber: Reuters/Lean Daval Jr.
Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia tidak akan pernah meminta maaf atas kematian tersangka narkoba yang dibunuh di luar hukum.