Seorang pria Muslim Micah Naziri dikelilingi oleh wartawan saat berlangsungnya Konvensi Nasional Partai Republik di Ohio, AS, 19 Juli 2016. Calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump memiliki kampanye yakni menolak masuknya Muslim ke Amerika Serikat jika dirinya terpilih menjadi Presiden. REUTERS
TEMPO.CO, Florida - Pemimpin muslim di Amerika Serikat memulai kampanye untuk meraih sejuta pemilih agar tidak mendukung calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, menyusul retorika anti-Islamnya.
Menurut pemimpin tersebut, pemilih muslim mampu mempengaruhi keputusan di sejumlah negeri penentu, seperti di Virginia dan Florida. Kedua negara itu penting dalam pemilihan presiden pada 8 November mendatang. Tercatat sebanyak 3,3 juta warga muslim Amerika berhak menjadi pemilih dalam pemilu presiden mendatang.
"Kami ingin masyarakat Islam memahami, jika kamu menyerahkan hak memilih, tidak ada yang akan mengembalikannya kepadamu," kata anggota Dewan Organisasi Muslim Amerika Serikat, Osama Abu Irshaid.
Organisasi pelindung itu melakukan kampanye menentang Trump menyusul rekomendasi calon presiden itu untuk memberlakukan pembatasan sementara terhadap imigran muslim dan seruan rasial untuk memprofilkan jutaan warga muslim Amerika.
Semua imam sudah diminta untuk mendorong jemaat mereka mendaftar. Penyelenggara berinisiatif mengirimkan aktivis ke kampus, stasiun bus, dan stasiun kereta api di lingkungan muslim negara tersebut untuk membuka pendaftaran.
Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika Islam (CAIR), Nihad Awad, mengatakan sebenarnya kampanye itu dimulai pada Desember 2015 dan itu bagian dari upaya membendung peningkatan Islamophobia di luar harapan, ketika ini. Sejauh ini, katanya, sekitar 300 ribu warga muslim Amerika sudah mendaftar.
Salah satu yang tertarik untuk memilih adalah Sadat Najmi. Warga Amerika sejak 1988 itu mulai mengisi formulir pendaftaran pemilih di depan Masjid Dar al-Hijrah, Negara Bagian Washington. “Trump adalah motivasi utama saya mengikuti pemilu untuk pertama kali,” tutur Najmi tegas.
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
37 hari lalu
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.