Serangan Teror Bangladesh, Tak Bisa Baca Al-Quran Dibunuh  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Minggu, 3 Juli 2016 10:16 WIB

Warga bersama aparat kepolsiian mengevakuasi seorang pemuda yang terluka akibat terkena serangan dari kelompok bersenjata di sebuah rumah makan yang di zona diplomatik di Dhaka, Bangladesh, 1 Juli 2016. AP Photo

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah saksi mengatakan para sandera diminta membacakan ayat-ayat Al-Quran. Mereka yang lolos dibiarkan makan, sedangkan mereka yang gagal disiksa dan dibunuh. Drama penyanderaan selama sepuluh jam itu menyebabkan sedikitnya 28 orang tewas, termasuk keenam pelaku, 20 sandera, dan dua polisi.

Sebagian besar korban adalah warga negara asing. Polisi menyatakan satu orang ditahan.

Kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kafe Holey Artisan Bakery, Gulshan, Dhaka, Jumat, 1 Juli 2016, itu. Namun pemerintah Bangladesh belum berkomentar soal klaim tersebut.

Penyerang yang menyerbu kafe yang sedang dipenuhi puluhan warga asing dan Bangladesh berteriak "Allahu Akbar!". “Awalnya mereka menembakkan peluru kosong, memerintahkan staf restoran mematikan lampu, lalu menutup kamera keamanan dengan kain hitam,” kata saksi seperti dilaporkan stasiun televisi lokal ATN News.

Para penyintas berhasil selamat dengan kabur melalui atap atau pintu belakang. Sedangkan 35 lainnya terjebak di dalam. Nasib mereka bergantung pada apakah mereka bisa membuktikan diri sebagai muslim.

"Para pria bersenjata menanyakan siapa saja yang bisa membaca Al-Quran," kata Rezaul Karim, ayah Hasnat, seorang pengusaha Bangladesh yang berhasil selamat bersama keluarganya, Sabtu pagi, 2 Juli 2016. "Mereka yang bisa membaca Quran dipisahkan. Mereka bahkan diberi makan. Lainnya disiksa."

Belum jelas apa motif serangan ini. Aparat Bangladesh tidak menyebutkan apakah para pelaku memiliki permohonan.

Dari 20 sandera yang tewas, terdapat sembilan warga Italia, tujuh Jepang, tiga Bangladesh, dan seorang warga India. "Semua sandera tewas semalam. Teroris menggunakan senjata tajam untuk membunuh mereka secara brutal," ujar Brigadir Jenderal Nayeem Ashfaq Chowdhury dalam konferensi Sabtu malam.

Dua polisi Bangladesh tewas akibat luka-luka saat baku tembak dengan penyerang pada Jumat malam.

Di New Delhi, Menteri Luar Negeri Sushma Swaraj mengatakan, "Sangat menyedihkan untuk memberi tahu bahwa teroris telah membunuh Tarushi, seorang gadis India yang disandera dalam serangan teror di Dhaka."

Tarushi Jain, 18 tahun, sedang berlibur. Mahasiswi University of California, Berkeley, itu berada di Dhaka untuk mengunjungi ayahnya, pengusaha garmen di Bangladesh selama 15-20 tahun.

“Seorang warga negara India, seorang dokter yang bisa berbahasa Bengali dan mengaku sebagai warga Bangladesh, berhasil dibebaskan,” tutur sumber pemerintah yang tidak mau disebutkan namanya.

Pasukan paramiliter yang menyerbu kafe berhasil membebaskan 13 sandera, termasuk seorang warga Argentina, dua warga Sri Lanka, dan dua warga Bangladesh. Seorang warga Jepang yang disandera juga berhasil diselamatkan, tapi ia terkena tembak.

ASSOCIATED PRESS | BREITBART | METRO.UK | NATALIA SANTI


Berita terkait

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

3 hari lalu

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

5 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

10 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

24 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

25 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

33 hari lalu

Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, telah sejak lama menawarkan kerja sama pengembangan PLTN ke Indonesia

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

34 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

34 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

36 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

36 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya