Filipina Sebaiknya Beri Kesempatan Bagi RI Bebaskan WNI

Reporter

Editor

Natalia Santi

Kamis, 5 Mei 2016 02:35 WIB

Wawan Saputera (tengah) mantan Sandera milisi Abu Sayyaf dipeluk dua orang kerabatnya saat tiba di bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, 3 Mei 2016. Dua warga Makassar yang ikut menjadi korban penyanderaan Abu Sayyaf tiba makassar dan langsung dijemput keluarga. TEMPO/Iqbal lubis

TEMPO.CO, Jakarta - Para Menteri Luar Negeri dan Panglima Angkatan Bersenjata tiga negara, Indonesia, Malaysia dan Filipina akan berkumpul di Yogyakarta hari ini, Kamis, 5 Mei 2016. Pertemuan itu digelar untuk menyikapi permasalahan keamanan di laut, terutama Laut Sulu-Sulawesi dimana terdapat penyerangan terhadap kapal-kapal Indonesia dan Malaysia di perairan perbatasan ketiga negara.

Menurut Guru Besar Hukum Internasional, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Prof. Melda Kamil Ariadno, SH, LL.M., Ph.D, ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh Indonesia, Filipina dan Malaysia dalam mengamankan perairan, khususnya yang saling berbatasan.

“Pertama, ketiga negara sebaiknya sepakat untuk mengadakan patroli bersama di wilayah perbatasan zona ekonomi eksklusif (ZEE) ketiga negara,” kata profesor yang juga Ketua Klaster Riset Kebijakan Kelautan Berkelanjutan tersebut kepada Tempo, Rabu, 4 Mei 2016.

Hal ini dilandasi pemikiran bahwa pada dasarnya permukaan laut dari ZEE itu adalah “high seas” dimana berlaku kebebasan berlayar (freedom of navigation). “Di ZEE, hak berdaulat negara pantai hanya berlaku terhadap pemanfaatan sumber daya hayati dan non hayati di kolom airnya, sementara daerah di dasar laut dan tanah dibawahya diatur oleh rejim yang lain yaitu landas kontinen,” kata penulis buku “‘Hukum Internasional, Hukum yang Hidup” tersebut.

Negara-negara terkait harus berupaya sekeras mungkin agar ZEE-nya aman untuk dilayari dan bebas dari segala tindak pidana di laut. Misalnya, ancaman dari kapal lain, perompakan, perdagangan manusia, penyelundupan manusia, kerja paksa dan kejahatan perikanan.

“Jika negara itu tidak bisa melakukannya sendiri maka negara lain terutama yang berdekatan dan terkait tentunya dapat mengajukan kerjasama dalam mengamankan ZEE tersebut,” kata mantan Pemimpin Redaksi Jurnal Indonesia Law Review itu.

Lantaran ZEE merupakan jalur pelayaran internasional, maka jika ketiga negara bertetangga ini tidak sepakat untuk mengadakan patroli bersama untuk mengamankan ZEE yang berbatasan, dikhawatirkan akan ada tuntutan dari negara pengguna perairan tersebut untuk ikut dalam pengamanannya. Seperti pernah terjadi di Selat Malaka beberapa tahun silam.

Melda menegaskan tidak ada satu pun negara yang bisa memaksakan negara lain untuk menggelar patroli bersama di laut teritorialnya, karena daerah itu merupakan kedaulatan penuh negara pantai. Kecuali, jika negara itu mengizinkan atau tidak mampu melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pemerintah yang berdaulat, sebagaimana kasus perompakan di perairan Somalia.

Poin penting kedua, menurut Melda, terkait upaya pembebasan WNI yang disandera, Filipina sebaiknya memberikan kesempatan kepada Pemerintah Indonesia untuk ikut serta membantu pembebasan. “Hal ini karena Indonesia memiliki yurisdiksi personalitas aktif kepada kasus ini dimana warga negaranya telah menjadi korban,” kata profesor yang juga menulis buku “What is Indonesian Responsibility for High Seas Fisheries?” itu.

Dia menegaskan Filipina memiliki yurisdiksi territorial sebagaimana yurisdiksi yang terkuat, akan tetapi Indonesia berhak juga menuntut diberikan kesempatan untuk melaksanakan yurisdiksinya. “Kecuali jika terbukti bahwa Filipina bisa menangani hal ini sendiri. Sampai saat ini, sayang sekali belum terbukti,” tambah dia.

Terakhir, Melda menegaskan bahwa sebaiknya Filipina, Indonesia dan Malaysia tidak memberikan toleransi kepada kelompok garis keras Abu Sayyaf dengan membayar uang tebusan. Terlebih karena tidak akan menyelesaikan masalah keamanan di laut seperti halnya perompakan.
Sebaliknya, pembayaran tebusan hanya akan semakin menaikkan harga asuransi yang harus dibayar bagi rute pelayaran tersebut. Akibatnya akan merugikan perdagangan internasional.

Karena itulah, insiden perompakan di laut bebas atau di daerah di luar yuridiksi negara pantai merupakan yuridiksi universal dimana semua negara diminta untuk bekerja sama memberantasnya.

Pada akhirnya, keputusan kerjasama keamanan maritim diserahkan kepada kepentingan ketiga negara. “Namun perlu terus diingat bahwa setiap negara haruslah bekerjasama dalam mengamankan rute-rute pelayaran internasional, khususnya di zona maritim yang tunduk pada kebebasan pelayaran seperti halnya ZEE, dengan menepiskan egosentris masing-masing negara demi pengamanan laut dari tindak pidana yang mengancamnya,” pungkasnya.

NATALIA SANTI

Berita terkait

Perkuat Timnas Filipina, Pelatih Tom Saintfiet Mulai Cari Pemain Keturunan di Eropa

2 hari lalu

Perkuat Timnas Filipina, Pelatih Tom Saintfiet Mulai Cari Pemain Keturunan di Eropa

Pelatih Timnas Filipina, Tom Saintfiet, berburu amunisi tambahan untuk menghadapi dua laga pamungkas Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

3 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

5 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

5 hari lalu

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

Sejumlah nelayan dari negara tetangga beberapa kali terlibat pencurian ikan di perairan Indonesia

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

7 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Tiga Warga Filipina Tewas Akibat Banjir di Dubai

14 hari lalu

Tiga Warga Filipina Tewas Akibat Banjir di Dubai

Banjir di Dubai menyebabkan empat orang lagi tewas, tiga di antaranya adalah warga Filipina.

Baca Selengkapnya

Warga Filipina Injak Patung Xi Jinping saat Unjuk Rasa Laut Cina Selatan

25 hari lalu

Warga Filipina Injak Patung Xi Jinping saat Unjuk Rasa Laut Cina Selatan

Pengunjuk rasa di Manila menginjak-injak patung Presiden Cina Xi Jinping saat protes menentang "agresi" Cina di Laut Cina Selatan.

Baca Selengkapnya

Menjelajah Chocolate Hills, Perbukitan yang Bikin Tercengang di Filipina

28 hari lalu

Menjelajah Chocolate Hills, Perbukitan yang Bikin Tercengang di Filipina

Chocolate Hills merupakan bukit-bukit landari yang bergerombol di pulau Bohol, Filipina

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Taipe Hadapi Gempa Taiwan 7,2 Magnitudo

28 hari lalu

Fakta-fakta Taipe Hadapi Gempa Taiwan 7,2 Magnitudo

Dua bangunan yang rusak paling parah akibat gempa Taiwan masih utuh, memungkinkan penghuninya untuk memanjat ke tempat yang aman melalui jendela.

Baca Selengkapnya