Polisi Belgia menggeledah barang bawaan para penumpang kereta komuter bawah tanah Metro Brussel di stasiun De Brouckere, Belgia, 23 Maret 2016. Foto: Istimewa
TEMPO.CO, Warsawa - Perdana Menteri Polandia Beata Szydlo mengatakan negaranya tidak bersedia lagi menerima arus pengungsi pascaserangan mematikan di Brussels, Belgia, Selasa, 22 Maret 2016. Sebelumnya, sesuai kesepakatan dengan Uni Eropa, Polandia bersedia menampung 7.000 pengungsi.
Sebagaimana disiarkan saluran televisi Polandia, Superstacja, Rabu, 23 Maret 2016, Szydlo mengatakan, "Sudah tidak ada lagi kemungkinan pengungsi datang ke Polandia setelah hantaman bom menyerang ibu kota Belgia, Selasa, 22 Maret 2016."
Polandia rencananya menambah 400 pengungsi tahun ini, sedangkan sisanya diizinkan masuk 3 tahun ke depan.
Tahun lalu, ribuan warga Polandia turun ke jalan dan menggunakan sosial media untuk mementang arus pengungsi masuk ke negaranya. Unjuk rasa tersebut dipimpin oleh gerakan nasional sayap kanan, seperti Kamp Radikal Nasional.
Pada Oktober 2015, Presiden Andrej Duda mengatakan pemerintah harus mengambil langkah tegas guna melindungi warga negaranya dari serangan “epidemi pengungsi”. Perkataan Presiden Duda, yang disampaikan dalam sebuah acara resmi, itu mendapatkan dukungan dari Jaroslaw Kaczynski, pemimpin populis Partai Keadilan dan Hukum, yakni partai yang menaungi Duda sebagai anggotanya.