TEMPO.CO, Brussels - Mason Wells, seorang remaja Amerika yang selamat dari ledakan bom di Bandar Udara Zaventem, Brussels, Selasa, 22 Maret 2016, ternyata juga berada di Boston dan Paris ketika terjadi serangan serupa.
"Dia adalah satu dari empat misionaris Mormon yang terluka saat terjadi serangan di ibu kota Belgia," demikian 9News.com melaporkan, Rabu, 23 Maret 2016.
Misionaris 19 tahun itu menderita pecah tendon Achilles, luka bakar parah pada wajah, dan luka terkena pecahan peluru serta puing-puing akibat ledakan di bandara.
Ayah Mason, Chad Wells, mengatakan itu bukan pertama kalinya Mason selamat dari serangan teror.
"Ini adalah serangan teroris ketiga yang dialami," kata Chad. "Kita hidup di dunia yang berbahaya dan tidak semua orang baik dan penuh kasih."
Mason dan ayahnya berada hanya satu blok dari garis finis ketika dua bom meledak dalam acara Boston Marathon pada 2013. Mereka saat itu sedang menunggu ibu mereka, yang ikut berlari di kompetisi tersebut. Saat itu ketiganya selamat dari ledakan.
Musibah kedua datang saat teror melanda Paris pada November tahun lalu. Saat itu Mason sedang menjalankan misi perutusan ketika sejumlah serangan senjata dan bom memporak-porandakan ibu kota Prancis tersebut dan menewaskan 129 orang.
"Saya pikir pengalaman Boston membantunya tetap tenang," kata Chad tentang anaknya.
Mason saat ini berada di rumah sakit Belgia dan sedang dalam proses pemulihan.
9NEWS.COM | MECHOS DE LAROCHA