Kejam, Perlakuan Australia terhadap Primata untuk Riset  

Reporter

Senin, 25 Januari 2016 18:10 WIB

Seekor bayi simpanse Fumo menikmati balok es sembari bermain di Kebun Binatang Taronga, Sydney, Australia, 20 November 2015. Penjaga primata di kebun binatang ini mengisi balok es dengan makanan simpanse agar tetap dingin untuk menyiasati prakiraan suhu yang tinggi di Sydney. Getty Images/Cameron Spencer

TEMPO.CO, Sydney - Kelompok pencinta hewan mengecam penggunaan primata untuk berbagai percobaan di Australia. Lembaga lingkungan hidup Australia dalam keterangannya kepada Sydney Morning Herald menyatakan ratusan monyet yang didatangkan ke Australia untuk dipakai penelitian kedokteran telah menimbulkan masalah etika serius. "Termasuk kecaman dari kelompok pencinta binatang," demikian pernyataan lembaga ini.

Menurut data yang dimiliki kelompok penyayang binatang yang tergabung dalam Australia’s Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA), selama lebih dari 15 tahun, sebanyak 370 primata telah menjadi bagian dari percobaan. Parahnya, RSPCA menjelaskan, para ahli yang melakukan percobaan tersebut tidak memiliki pengalaman merawat binatang ini.

Selama ini, pemerintah Australia menggelontorkan dana miliaran rupiah untuk berbagai penelitian. Adapun rumah sakit yang juga menggunakan primata ini untuk percobaan, RSPCA menerangkan, menolak memberikan keterangan detail mengenai kondisi primata yang diteliti, termasuk berapa jumlah yang mati atau dibunuh.

Percobaan yang dilakukan para ilmuwan dianggap kejam oleh para pencinta binatang. Ada satu laporan yang menyebutkan seekor babon mati setelah mendapat transplantasi ginjal dari babi. Kekejaman lainnya, menurut penyayang binatang, para ilmuwan memberikan obat-obatan melebihi takaran terhadap seekor marmot untuk diambil matanya demi percobaan pembedahan.

Pelanggaran percobaan itu terutama dilakukan Dewan Penelitian Medis dan Kesehatan Nasional (NHMRC) terhadap koloni babon di Wallacia, Sydney Barat. Di antara 370 primata yang diimpor, sebanyak 255 monyet ekor panjang dari Indonesia, 46 owl monkey (monyet mirip burung hantu) dari Amerika Serikat, 59 marmot dari Swedia dan Prancis, serta 10 monyet ekor panjang dari Prancis.

Kelompok ini menyatakan primata adalah bintang yang memiliki kecerdasan tinggi dengan perilaku dan struktur sosial kompleks. Melakukan percobaan menggunakan binatang ini demi ilmu pengetahuan menimbulkan masalah etika yang serius. "Dampak dari penelitian ini adalah membuat primata tersebut sakit atau menderita. Anehnya, beberapa eksperimen menggunakan binatang lagi untuk penelitian, bahkan dibunuh," demikian pernyataan RSCPA.

RT | CHOIRUL AMINUDDIN


Berita terkait

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

2 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

4 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

4 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

5 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Ekspor Buah Manggis ke Australia, Butuh Penyedia Jasa Iradiasi

5 hari lalu

Kemendag Dorong Ekspor Buah Manggis ke Australia, Butuh Penyedia Jasa Iradiasi

Kemendag mendorong ekspor buah sebagai implementasi perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Baca Selengkapnya

4 Fakta Tentang Kasus Penusukan di Sydney: Mengincar Wanita hingga Seorang Bayi Jadi Korban

5 hari lalu

4 Fakta Tentang Kasus Penusukan di Sydney: Mengincar Wanita hingga Seorang Bayi Jadi Korban

Berikut fakta-fakta soal kasus penusukan di Mall Bondi Sidney pekan lalu yang menghebohkan Australia.

Baca Selengkapnya

Kegagalan di Piala Asia U-23 2024 Tak Akan Ganggu Prospek Pemain Muda Australia

6 hari lalu

Kegagalan di Piala Asia U-23 2024 Tak Akan Ganggu Prospek Pemain Muda Australia

Tony Vidmar mengaku tersingkirnya Timnas Australia U-23 di Piala Asia U-23 2024 tak akan mengganggu prospek jangka panjang para pemain.

Baca Selengkapnya

Massa Berkumpul di Bondi Beach Kenang Para Korban Serangan Penusukan di Mal Bondi Sydney

6 hari lalu

Massa Berkumpul di Bondi Beach Kenang Para Korban Serangan Penusukan di Mal Bondi Sydney

Setelah serangan penusukan yang merenggut 6 orang, ratusan orang berkumpul untuk mengenang para korban dengan menyalakan lilin dan menyanyikan himne

Baca Selengkapnya

Elon Musk Berdebat dengan Pemerintah Australia Soal Konten Penikaman Uskup di Sydney

6 hari lalu

Elon Musk Berdebat dengan Pemerintah Australia Soal Konten Penikaman Uskup di Sydney

Pemilik media sosial X Elon Musk menolak untuk menghapus konten media sosial tentang insiden penikaman uskup di Sydney, menentang perintah komisaris sensor Australia.

Baca Selengkapnya

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

6 hari lalu

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

Australia lewat pendanaan campuran mengucurkan investasi transisi net zero di Indonesia melalui program KINETIK

Baca Selengkapnya