Nadia Murad Basee menceritakan kisahnya di depan sejumlah anggota DK PBB di markas PBB di New York, 16 Desember 2015. Nadia mengaku dirinya diculik pada bulan Agustus tahun lalu dari desanya di Irak yang kemudian dibawa ke sebuah gedung markas ISIS, dimana di dalamnya terdapat ribuan perempuan dan anak-anak Yazidi. REUTERS
TEMPO.CO, Jakarta - Militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menggunakan sebuah cara yang licik dan keji untuk melacak aktivis yang anti terhadap mereka. Caranya, ISIS membajak sebuah akun Facebook milik aktivis cantik yang telah dibunuhnya beberapa bulan lalu guna memperdaya mangsanya.
Ruqia Hassan Mohammed, seorang aktivis perempuan yang juga aktif memberikan informasi dari dalam Raqqa, ibu kota ISIS, dibunuh oleh jihadis ISIS tiga bulan lalu. Dia dibunuh karena aktivitas media sosialnya yang dianggap profokatif oleh ISIS.
Ruqia, 30, dituduh sebagai mata-mata dan dibunuh oleh ISIS pada September 2015, tapi keluarganya baru diberi tahu ihwal kematiannya pekan lalu.
Kemudian, akun Facebook Ruqia terus digunakan ISIS untuk memanipulasi para kolega Ruqia.
Seperti yang dilansir Independent pada 6 Januari 2016, kelakuan keji ISIS berhasil terungkap melalui investigasi yang dilakukan oleh seorang wartawan warga dari aktivis bawah tanah Raqqa (RBSS), yang bekerja untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan kehidupan di bawah kendali ISIS.
"Akun Facebook-nya tetap terbuka untuk menjebak teman-teman yang berkomunikasi dengan dia," kata aktivis, yang menggunakan nama samaran Tim Ramadhan untuk menyembunyikan identitas aslinya. Dia mengatakan, sekitar seminggu yang lalu, ISIS masih menggunakan akun Ruqia untuk mengirim pesan ke pengguna lain, mengklaim bahwa dia masih hidup.
Klaim itu juga disebarkan oleh situs online berbahasa Arab, al-Aan, yang melaporkan bahwa aktivis anti-ISIS telah memperingatkan bahwa akun Ruqia telah digunakan untuk mencoba mengidentifikasi keberadaan aktivis lainnya, baik di dalam maupun luar Suriah.
Menulis dengan nama pena Nissan Ibrahim, Ruqia, seorang Kurdi kelahiran Suriah, sering mengunggah informasi tentang kehidupan sehari-hari penduduk yang hidup di bawah ISIS di Raqqa.
Wanita yang suka memakai eye shadow terang dan lipstik pink diketahui memiliki rasa humor yang baik. Posting-an Facebook terakhirnya, pada Juli, mengejek putusan ISIS untuk melarang hotspot Wi-fi di kota.
Setelah mengambil kuliah Filsafat di Universitas Aleppo, dia bergabung dengan pemberontak menghadapi Presiden Suriah Bashar al-Assad yang dimulai pada 2011. Dia tetap di Raqqa setelah kota itu direbut oleh pemberontak yang lebih moderat pada 2013 dan kemudian diambil alih oleh ISIS pada tahun yang sama.
ISIS telah melakukan kampanye pembunuhan kejam untuk membungkam siapa pun yang mungkin berbicara menentang kekuasaan mereka atau memberikan informasi intelijen tentang gerakan mereka di Raqqa.