ISIS Klaim Kembangkan Sistem Persenjataan Usang AS  

Reporter

Kamis, 7 Januari 2016 03:59 WIB

Tentara AS dan pasukan khusus Irak mengeluarkan satu persatu tahanan Negara Islam (ISIS) saat melakukan penyergapan di penjara darurat di kota Huwija, Irak, 25 Oktober 2015. Pasukan khusus Irak dan tentara AS berhasil melakukan penyelamatan terhadap 70 sandera dari Negara Islam (ISIS). Kurdistan Regional Security Council via AP

TEMPO.CO, Raqqa - Ilmuwan dan ahli senjata Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan telah mengembangkan sistem persenjataan baru dan canggih peninggalan Amerika Serikat. Sistem persenjataan ini mampu menembak jatuh pesawat penumpang.

Rekaman terbaru menunjukkan militan ISIS yang berbasis di Raqqa, Suriah, menciptakan baterai termal buatan sendiri yang biasa digunakan di dunia militer untuk menembakkan peluru kendali (rudal).

Para ahli mengatakan kelompok teror telah memiliki akses ke senjata tersebut selama beberapa dekade tapi disimpan. Mereka juga menciptakan baterai termal penting untuk memfungsikan rudal.

Kim Sengupta, koresponden pertahanan Independent, mengatakan penemuan itu sangat signifikan. "Setelah Amerika Serikat dan Inggris memasuki Afghanistan pada 2001, ada kekhawatiran rudal Stinger yang diberikan Amerika untuk mujahiddin Afghanistan saat menembak jatuh pesawat Rusia dapat digunakan kembali oleh Taliban terhadap pasukan Barat," kata Sengupta, seperti diberitakan oleh Independent, 6 Januari 2016.

"Itu tidak pernah digunakan karena baterai rudal memiliki daya pakai terbatas, dan Taliban tidak dapat menemukan baterai baru. Jika ISIS telah mengembangkan proses yang memungkinkan mereka untuk mengganti baterai tersebut, jelas itu akan menjadi perhatian utama."

Sekarang dikhawatirkan setelah memiliki baterai, ISIS berpotensi mampu menembakkan ribuan rudal bekas. Rudal, ditunjukkan dalam rekaman yang diperoleh Sky News, dikatakan 99 persen akurat setelah senjata berhasil mengunci target.

Kekhawatiran merebak bahwa ISIS bisa menggunakan peralatan militer usang atau yang ditinggalkan Barat pada 2014. Hal ini setelah dilaporkan bahwa kelompok teror itu berhasil menyita kendaraan, senjata api, bahkan rudal dari militer Irak-AS selama invasi mereka ke Irak.

MECHOS DE LAROCHA | INDEPENDENT.CO.UK

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

7 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

26 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

27 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

35 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

36 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

38 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

38 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

38 hari lalu

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

39 hari lalu

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

Prancis bergabung dengan AS dengan mengatakan bahwa intelijennya mengindikasikan bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan di konser Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

39 hari lalu

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang

Baca Selengkapnya