TEMPO Interaktif, London:Posisi Iran semakin terjepit setelah dua negara yang selama ini mendukung program nuklirnya, Rusia dan Cina, malah berbalik arah. Mereka meminta krisis nuklir Iran dibahas di Dewan Keamanan PBB. Kesepakatan itu tercipta srusai jamuan makan malam yang digelar Menteri Luar Negeri Inggris Jack Straw. Hadir pula, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice, Menteri Luar Negeri Prancis Philippe Douste-Blazy, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Cina LI Zhaoxing, dan Menteri Luar Negeri Jerman Frnak-Walter Steinmeier. Konsesnsus ini tercapai dua hari menjelang sidang darurat Dewan Gubernur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) di Wina, 2-3 Februari. Dengan dukungan lima negara nuklir ditambah Jerman, Iran akan menghadapi sanksi. Dalam pernyataan bersamanya, keenam menteri luar negeri itu sepakat bahwa IAEA harus melaporkan kepada Dewan Keamanan soal keputusan atas tindakan yang perlu diambil terhadap Iran. IAEA juga harus melaporkan semua hasil kerjanya dan keputusan yang diambil terkait Iran kepada Dewan Keamanan. Tapi, tindakan lanjutan baru akan diputuskan setelah Direktur jenderal IAEA Muhammad al-Baredei menyampaikan laporan akhir soal nuklir Iran pada pertemuan IAEA, bulan Maret. Mereka juga meminta IAEA memberikan laporannya ke Dewan Keamanan. Dalam pidato tahunannya, Presiden Amerika George Walker Bush kembali mengancam Presiden Mahmud Ahmadinejad. “Jika Anda ingin menjadi bagian dari keluarga bangsa-bangsa, hilangkan ambisi Anda membuat senjata nuklir,” katanya. Amerika dan Uni Eropa selama ini menuduh Iran mengembangkan program senjata nuklir. Tapi, Negeri Mullah itu membantah dengan menyatakan hanya mengembangkan teknologi nulir untuk kepentingan damai. AFP/ABC/BBC/Faisal