Paska Teror Paris, Pengungsi Suriah di Eropa Merasa Terancam

Reporter

Senin, 16 November 2015 21:57 WIB

Seorang pengungsi asal Suriah berdoa usai melaksanakan salat Idul Adha di depan stadion gulat di Edirne, Turki, 24 September 2015. REUTERS/Yagiz Karahan

TEMPO.CO, Paris - Di tengah laporan bahwa salah satu penyerang dalam aksi teror Paris adalah pengungsi Suriah, pemimpin sayap kanan Perancis Marine Le Pen telah menyerukan penghentian segera penerimaan para pencari suaka.

Namun Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, telah memperingatkan masyarakat dan pemimpin Eropa yang menentang namun bingung membedakan pengungsi dan teroris, meminta mereka untuk tidak bereaksi secara berlebihan.

Dan sebagaimana dilansir dari laman Independent, Senin 16 November 2015, seorang pengungsi Suriah, Ghaled mengatakan, ia berharap empati untuk ratusan jumlah korban tewas Paris dapat diterjemahkan ke empati untuk ratusan ribu orang yang tewas di negara asalnya.

Mengunjungi Kedutaan Besar Prancis di Berlin untuk memberikan penghormatan pada korban tragedi Paris, Ghaled mengatakan ia takut ketidakpercayaan pada orang-orang Arab di seluruh Eropa kini beralih menjadi kebencian.

"Apa yang terjadi pada mereka (di Paris) terjadi setiap hari di Suriah, 100 kali per hari selama lima tahun, jadi kami tahu apa artinya," kata pemuda berusia 22 tahun itu dikutip dari laman Independent.

Ghaled menegaskan bahwa mereka yang menyerang Paris adalah penjahat, bukan pengungsi, bukan pencari suaka. "Mereka yang mengorganisir serangan ini adalah mereka yang karenanya pengungsi melarikan diri, bukan sebaliknya," katanya.

Ismail Snussi, imam masjid dari Luce, kota kecil di pinggiran Chartes, Perancis, tempat mayoritas komunitas Muslim bermukim, mengatakan kepada The Independent bahwa ia takut pada apa yang bakal terjadi kedepannya.

Osmar Ismail Mostefai, penembak yang pertama kali diidentifikasi oleh polisi pasca serangan, dilaporkan menghadiri masjid di Luce sampai hingga dua tahun lalu sebelum ia menghilang.

"Apa yang dia lakukan bukan bagian dari Islam," kata Snussi. "Agama kami yang sebenarnya adalah tentang perdamaian dan ko-eksistensi, tapi sekarang saya takut untuk apa yang terjadi kedepannya. Kami khawatir tentang tindakan keras, dari negara, polisi, dan pers. Kami mungkin menjadi fokus kemarahan rakyat," kata Mostefai.

Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, lebih dari 200.000 warga Suriah dilaporkan telah tewas sejak dimulainya perang sipil di negara itu pada 2011.

INDEPENDENT.CO.UK | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

2 hari lalu

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

2 hari lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

3 hari lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

9 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

14 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

19 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

27 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

27 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

28 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

32 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya