Korban tewas penembakan di luar sebuah restoran di Paris, 13 November 2015. AP/Thibault Camus
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban meninggal akibat serangan teror yang berlangsung serentak di sejumlah tempat di Kota Paris, Prancis, Jumat, 13 November 2015, bertambah.
Pejabat Prancis, seperti dilansir CNN dan Reuters, sempat menyebutkan sedikitnya 153 orang tewas menjadi korban penembakan dan pengeboman di Paris, dan Saind Denis, tempat Stadion Stade de France berada. Belakangan angkanya semakin jelas, korban yang tewas versi CNN yang telah dikoreksi sebanyak 128 orang.
Korban terbanyak, menurut Kementerian Dalam Negeri Prancis, berada di ruang konser Bataclan, yakni sekitar 100 orang. CNN melaporkan, unit SWAT menyerbu ruang konser Bataclan. Polisi setempat menyebutkan dua pelaku teror berhasil ditembak. Polisi juga membebaskan sedikitnya 100 sandera di dalam ruang konser. Banyak dari korban sandera itu terluka. Korban diduga meninggal karena tembakan dari senjata jenis AK47 dan ledakan granat tangan.
Jaringan televisi France 24 menyebutkan Presiden Francois Hollande nyaris jadi korban serangan. Saat itu, Hollande tengah menyaksikan pertandingan di Stade de France ketika ledakan terjadi di luar stadioin. Hollande lalu dibawa keluar dari stadion ke tempat yang aman.
"Hollande dan Menteri Dalam Negeri bergegas pergi dari pertandingan sepak bola untuk menghadapi situasi yang tengah berlangsung," kata seorang pejabat seperti dikutip Reuters, Sabtu, 14 November 2015.
Presiden Hollande mengumumkan keadaan darurat dan mengerahkan 1.500 tentara untuk mengamankan situasi. Hollande juga menutup kawasan perbatasan. "Para teroris yang melakukan kekejaman ini akan menghadapi Prancis yang nekat dan bersatu," ujarnya. Menurut Hollande, dalam menghadapi teror ini, seluruh warga Perancis harus mengetahui cara mempertahankan diri, memobilisasi kekuatan, dan mengatasi teroris.