Beberapa jenazah korban ledakan bom, yang terjadi di pusat kebudayaan distrik Suruc, Turki. Dilaporkan sedikitnya 27 orang tewas, sedangkan 100 orang lainnya mengalami luka-luka. Sanliurfa, Turki, 20 Juli 2015. Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Turki secara resmi memblokir akses penggunaan Twitter untuk mencegah pengunggahan gambar dari ledakan bom yang menewaskan 32 orang.
Seperti dilansir Belfast Telegraph pada Rabu, 22 Juli 2015, pemblokiran tersebut diberlakukan setelah keluar putusan pengadilan lokal yang mencegah distribusi gambar serangan bom yang terjadi di kota Suruç, dekat perbatasan Suriah.
Seorang pejabat pemerintah mengatakan Turki telah meminta Twitter menghapus 107 URL dengan gambar setelah pengeboman. "Twitter telah menghapus sekitar 50 URL dan kini tengah bekerja untuk menghapus URL bermasalah yang masih tersisa," ujar pejabat yang tidak bersedia disebut namanya tersebut.
Ledakan bom bunuh diri di Suruc, pada Senin, 20 Juli 2015 menyebabkan 100 orang luka-luka. Aksi biadab itu diduga balas dendam kelompok ISIS setelah pemerintah Turki menahan lebih dari 500 orang yang diduga bekerja sama dengan ISIS.
Pejabat Turki berharap URL yang telah dihapus Twitter dapat segera dipulihkan. Pemerintah Turki beberapa kali melakukan pemblokiran media sosial.
Awal 2015 misalnya, pemerintah memerintahkan blokir sementara di Twitter, Facebook dan YouTube saat berlangsung krisis penyanderaan di sebuah gedung pengadilan Istanbul. Langkah itu dilakukan setelah beredar di media sosial foto-foto teroris sedang memegang pistol dan mengacungkan ke kepala jaksa stanbul yang tewas.
Pihak berwenang Turki juga memblokir akses ke Twitter dan YouTube setelah bocornya serangkaian rekaman sadapan orang di lingkaran dalam Recep Tayyip Erdogan, yang ketika itu menjabat perdana menteri Turki. Akses ke Twitter dan YouTube dipulihkan setelah Mahkamah Konstitusi Turki mencabut larangan itu.