Tidak ada yang tahu pasti berapa banyak anak-anak jalanan di Mesir. Ada yang mengatakan 16.000 orang. Sedangkan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk anak-anak, Unicef, mengatakan ada sekitar 600.000 anak jalanan di Mesir.
Sebuah lembaga amal lainnya disebut Hope Village. Lembaga ini yang pertama mengurusi anak-anak jalanan di Mesir. Di dalam sana mereka banyak merawat orang-orang yang paling menderita oleh kehidupan kota.
Maya meninggalkan rumahnya sejak umur 7 tahun, jauh sebelum ia menemukan Hope Village. Ibu tirinya dulu menghukumnya di dalam kamar selama tiga tahun. Di ruang sesempit itu ia makan, tidur, dan buang air. Ia memutuskan pergi sesaat setelah ayahnya menghantam kepalanya dengan benda tumpul.
Lain lagi cerita Farah. Remaja usia 12 tahun ini menolak ikut usaha prostitusi ayahnya. Karena menolak ia dirantai dan diperkosa setiap hari selama berbulan-bulan. Suatu hari ia menemukan cara dan berhasil kabur hidup-hidup dan berakhir hidup di jalanan.
Kemiskinan bukan faktor tunggal yang bisa menjelaskan fenomena ini. Sebab, nyatanya masih banyak anak dari keluarga miskin di Kairo yang tinggal di rumahnya. Sifat permisif masyarakat terhadap kekerasan domestik adalah faktor lainnya. Meski hukum dan pusat pengaduan ada dan berlaku, budaya setempat justru mendorong sebaliknya. Orang tua berhak memperlakukan anak mereka sesukanya. Seorang pria bisa memukuli anaknya hingga tewas di depan petugas polisi, tapi tak ada yang menghentikan karena anak itu bukan anak mereka.