Rekaman video amatir menunjukkan sejumlah orang berlarian di dekat mayat pelaku penembakan, Seifeddine Rezguion, di jalanan Sousse, Tunisia, 26 Juni 2015. Dailymail.co.uk
TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga tak pernah menyangka Saif Rezgui, 23 tahun, menjadi pelaku terorisme di Pantai Imperial Marhaba, Sousse, Tunisia. Seperti diberitakan Reuters pada Senin, 29 Juni 2015, paman Saif, Ali Rezgui, mengatakan keponakannya itu dikenal sebagai pria ramah dan disukai tetangga di lingkungan rumahnya. "Tak ada yang menyangka dia bisa melakukan aksi keji itu."
Ali adalah orang terakhir yang ditemui Saif sehari sebelum kejadian. Pada Rabu, 24 Juni 2015 Saif nongkrong dengan teman-temannya membicarakan soal sepak bola dan teman-teman perempuan mereka. Pria yang dikenal menyukai musik rap itu juga memamerkan keahliannya menari kejang (break-dance).
Pada Kamis, 25 Juni 2015, Saif menemui Ali di Kota Gaafour. "Kami membicarakan soal keluarga," ujar Ali. Waktu itu dia sedang istirahat dari studi masternya di Kairouan. Sehari kemudian, pada Jumat, 26 Juni 2015, Saif berjalan dengan tenang ke Pantai Imperial Marhaba dan memuntahkan peluru dari senapan otomatis Kalashnikov yang ia bawa, membantai 39 turis yang sedang berlibur di Teluk Mediterrania itu.
Bukan cuma keluarga yang keheranan kenapa Saif bisa melakukan aksi brutal ini. "Soalnya dia tak pernah terlihat mempelajari ajaran ekstremis atau terafiliasi dengan kelompok teroris," kata Ali.
Warga kota tempat tinggal Saif di Gaafour, Tunisia, juga terkejut. Pasalnya, Saif berlatar pendidikan tinggi dan berasal dari keluarga kelas menengah yang harmonis.
"Dia tak pernah membicarakan soal agama dengan kami," kata teman Saif, Muhammad.
Dia mengenang temannya itu sebagai penggila sepak bola dan senang berkumpul dengan teman-temannya. Keluarga menduga Saif melakukan teror tersebut setelah belajar ajaran kelompok garis keras melalui Internet.