Militan ISIS menghancurkan sebuah peninggalan bersejarah, di kota Nimrud, Irak. Selain merilis video eksekusi, beberapa waktu lalu ISIS menyebarluaskan video pengerusakan bangunan bersejarah di kota Irak. Dailymail
TEMPO.CO, Palmyra - Pengawas Hak Asasi Manusia Suriah mengatakan milisi Negara Islam Irak dan Suriah menyerbu desa di dekat kota tua Suriah, Palmyra. Mereka menyebut ISIS mengeksekusi 26 warga sipil pada Kamis, 14 Mei 2015.
"Daesh (sebutan ISIS dalam bahasa Arab) mengeksekusi 26 warga sipil. Paling tidak sepuluh orang dipenggal setelah dituduh bekerja sama dengan pemerintah Suriah," ujar Kepala Pengawas Rami Abdel Rahman, seperti dilansir News Corporation, Jumat, 15 Mei 2015.
Sebelumnya, pada hari yang sama, tentara ISIS terlibat baku tembak dengan tentara Suriah. Kejadian itu mengancam situs warisan budaya dunia versi Badan Kebudayaan Perserikatan-Bangsa (UNESCO) di Palmyra.
Irina Bokova, Kepala UNESCO, meminta tentara Suriah dan ISIS pergi dari Palmyra. "(Palmyra) adalah harta yang tidak tergantikan bagi rakyat Suriah dan dunia. Palmyra harus diselamatkan," tuturnya.
Kepala pengurus benda-benda kuno Suriah, Mamoun Abdulkarim, meminta masyarakat internasional bertindak. Menurut dia, jarak ISIS dengan Palmyra kurang dari 2 kilometer. Padahal reruntuhan Palmyra merupakan peninggalan kebudayaan penting. "Dunia harus bergerak sebelum penghancuran artefak, bukan setelahnya," katanya.
Abdulkarim yakin, jika Palmyra jatuh ke tangan ISIS, nasibnya bakal sama dengan peninggalan Nimrud yang sudah mereka hancurkan sebelumnya. "Mereka akan mengulangi tindakan barbar dan biadab seperti di Nimrud, Hatra, dan Mosul."