Polisi Tunisia menangkap tersangka penembak di Museum Nasional Gardo, Tunisia, 18 Maret 2015. Yassine Gaidi /Anadolu Agency/Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Sembilan orang ditangkap terkait penyerangan di Museum Bardo, Tunis, Tunisia, Afrika Utara. Aparat menangkap mereka pada Kamis, 19 Maret 2015 waktu setempat.
Pemerintah menyatakan bahwa dua orang pelaku penembakan sudah diperiksa. Para pelaku menyatakan mereka dilatih di kamp jihad di Libya--negara yang bersebelahan dengan Tunisia.
Pejabat Kementerian Dalam Negeri Rafik Chelli mengatakan dua orang itu direkrut di sebuah masjid di Tunisia, lalu dibawa ke Libya pada September 2014 lalu.
Penyerangan di Museum Nasional Bardo menewaskan 20 turis asing yang di antaranya berasal dari Jepang, Italia, Spanyol dan Inggris. Sedangkan korban lainnya adalah tiga warga Tunisia. Sebelumnya diberitakan kelompok militan ISIS merayakan “kemenangan” atas peristiwa ini di sosial media.
Insiden ini menjadi peristiwa terburuk di Tunisia setelah keberhasilan negara ini menjalankan demokrasi usai runtuhnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali atau pasca Arab Spring pada 2011.
Konsuler politik Indonesia di Tunisia, Yubil Septian, mengatakan bahwa aparat keamanan menjaga ketat Kota Tunis, khususnya kompleks gedung parlemen di Bardo.
"Dampak yang terlihat di Kota Tunis saat ini adalah penjagaan check point kendaraan lebih ketat dari biasanya," kata konsuler politik Indonesia di Tunisia, Yubil Septian, dalam balasan pesan elektroniknya kepada Tempo.
Namun suasana masyarakat, kata dia, seperti biasa. Tidak ada ketakutan.
Ia mengatakan tidak ada korban WNI dalam insiden ini. Namun WNI yang bermukim di Tunisia diimbau untuk tetap waspada dan berhati-hati, khususnya mahasiswa yang sedang libur akhir semester.
Jumlah WNI di Tunisia sebanyak 169 orang. Kebanyakan terdiri atas keluarga besar KBRI Tunis 33 orang, mahasiswa yang belajar agama Islam sebanyak 68 orang (S1, S2, S3), serta pekerja minyak dan keluarga sebanyak 46 orang.