Kelompok isis kembali mengadakan eksekusi mati, terhadap pria yang dituduh menyukai sesama sejenis. Eksekusi dilakukan dengan cara menjatuhkan dari atas gedung tinggi di Nineveh, Suriah, 17 Januari 2015. Dailymail.co.uk
TEMPO.CO, London - Seorang warga Inggris yang terlibat aksi teror di Suriah berusaha mencari cara pulang ke negaranya, sementara pengadilan Inggris memutuskan dirinya bersalah terlibat aksi teror.
Imran Khawaja, nama warga Inggris itu, kemudian membuat informasi palsu yang mengabarkan dirinya sudah tewas di Suriah. Kabar kematian pria 27 tahun ini pun tersebar di Suriah. (Baca: Pasukan Kanada Adu Tembak dengan ISIS.)
Bersamaan itu, Imran meminta sepupunya, Tahir Bhatti, 44 tahun, untuk menjemputnya di Bulgaria dan mengantarnya kembali ke Inggris dengan mengendarai mobil. Mereka menempuh perjalanan darat sejauh lebih dari 2.700 kilometer.
Bhatti, seperti dilansir dari News.com.au, Rabu, 21 Januari 2015, juga meyakinkan Imran, sepupunya, untuk meninggalkan Suriah karena orang tuanya sedang sakit. Saat itu Imran baru saja berkunjung ke satu kamp pelatihan teroris di Suriah. Di Suriah, ia sempat difoto dengan memegang kepala seorang pria yang merupakan korban pemenggalan kepala oleh kelompok teroris.
Pihak keamanan Inggris kemudian mengendus informasi palsu tentang kematian Imran. Ia ditangkap tahun lalu dan informasi tentang kematiannya yang palsu terungkap. (Baca: ISIS Gunakan Hewan untuk Latihan Penggal Manusia.)
Pengadilan Old Bailey di Inggris bulan lalu menunjukkan foto-foto Imran memakai peralatan tempur dan penutup wajah duduk di tangki dengan senapan. Foto lainnya ketika Imran berada di sebuah kamp pelatihan membawa senapan serbu di Suriah.
Bukti lainnya tentang keterlibatan Imran dalam aksi teroris adalah sebuah aplikasi komunikasi terenkripsi yang ia gunakan. Imran juga menggunakan kata-kata kode untuk berkomunikasi. Misalnya kata “club" yang mengacu pada kamp pelatihan, "doormen" mengacu pada orang yang menjalankannya, dan "puke" yang digunakan untuk menggambarkan bahan yang diperlukan dalam medan perang. (Baca: ISIS Rilis Video Anak Kecil Eksekusi 'Intel Rusia'.)
Imran dan Bhatti ditangkap pada Juni tahun lalu saat memasuki Inggris lewat pelabuhan Dover. Di pengadilan yang digelar pada Selasa, 21 Januari 2015, Bhatti mengaku bersalah karena membantu seorang pelaku teroris.
Seorang terdakwa lainnya, Asim Ali, 33 tahun, sebelumnya dinyatakan bersalah karena memberikan uang kepada Imran yang kemungkinan akan digunakan untuk aksi teror. Pengadilan akan menjatuhkan putusan pada Februari mendatang.
Bocah 5 Tahun Didenda Rp 2,5 Juta Gara-gara Jualan Minuman
22 Juli 2017
Bocah 5 Tahun Didenda Rp 2,5 Juta Gara-gara Jualan Minuman
Bocah perempuan berusia 5 tahun terisak di hadapan ayahnya, menceritakan dirinya didenda Rp 2,5 juta gara-gara berjualan minuman lemon di dekat rumahnya.