Bocah Suriah menangis saat polisi mencari tas mereka setelah menyeberangi perbatasan Suriah dan Turki di Suruc, Sanliurfa, Turki, 23 September 2014. Badan pengungsi PBB mengatakan, sekitar 400.000 orang melarikan diri ke Turki dari wilayah Kurdi Suriah untuk menghindari serangan ISIS. AFP/Bulent KILIC
TEMPO.CO, Sydney - Polisi Australia menembak mati seorang tersangka teroris yang menikam dua perwira, satu hari setelah kelompok Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS) menyerukan umat Islam untuk membunuh warga Australia tanpa pandang bulu.
Pria berusia 18 tahun yang ditembak itu tewas pada Selasa malam, 23 September 2014 setelah tiba di kantor polisi di pinggiran Melbourne untuk menghadiri interogasi rutin. Ia dilaporkan terkait dengan kelompok al-Furqan.
"Saya dapat memberitahukan bahwa orang tersebut adalah tersangka teroris yang merupakan incaran aparat penegak hukum dan badan intelijen," kata Menteri Kehakiman Australia Michael Keenan, seperti dilansir Channel News Asia, Rabu, 24 September 2014. (Baca:Wartawan ISIS Digaji Rp 18 Juta per Bulan)
Tersangka dipertemukan dengan dua anggota tim gabungan pengendali terorisme, kemudian ia mengeluarkan pisaunya dan menusuk kedua perwira berulang-ulang sebelum salah satu petugas melepaskan tembakan yang akhirnya menewaskan pelaku.
"Penembakan yang dilakukan polisi itu hanya untuk membela diri," kata Keenan. Ia menolak memberi informasi soal nama dan pekerjaan pelaku. Namun, pelaku dilaporkan berasal dari keluarga Afghanistan. Kondisi kedua polisi itu saat ini sudah stabil.(Baca:ISIS Ancam Bom Times Square)
Kepala kepolisian negara bagian Victoria, Ken Lay, mengatakan remaja tersebut memiliki rencana untuk bertindak membahayakan. "Kami menaruh perhatian padanya selama berbulan-bulan. Fakta bahwa satuan pengendali terorisme selalu mengawasinya mengindikasikan tingkat perhatian kami," kata Ken Lay kepada radio Fairfax.
Pada Senin lalu, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan keseimbangan antara kebebasan dan keamanan kemungkinan harus bergeser. Ini mengacu pada rencana pemerintah Australia meningkatkan pengamanan dengan mengajukannya ke parlemen.(Baca:Liga Arab Sepakat Gempur ISIS Bersama)
Pemerintah Australia menaruh perhatian tinggi pada jumlah warganya yang ikut berjuang di Timur Tengah. Dipercaya ada sekitar 60 warga Australia yang ikut bergabung dalam kelompok ISIS, sementara 20 orang telah kembali pulang. Setidaknya sekitar seratus orang merupakan simpatisan aktif yang mendukung gerakan ekstremis itu di Australia.