Serangan udara tentara Iraq ke daerah yang dikuasai ISIS di Khazer, Irak, 8 Agustus. Pesawat tempur Amerika Serikat juga ikuta melakukan serangan ke kawasan yang dikuasai ISIS. AP/Khalid Mohammed
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian RI Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan warga negara Indonesia yang berangkat ke Suriah dan Irak untuk mendukung milisi Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS)—belakangan menjadi Islamic State (IS)—tidak langsung terbang dari Indonesia. "Biasanya mereka bergerak dari Indonesia ke Malaysia, Turki, lalu menuju Irak dan Suriah," kata dia, kepada Tempo, Senin, 11 Agustus.
Kepolisian, tutur Boy, mendapat laporan bahwa ada beberapa mahasiswa Indonesia di Timur Tengah yang terlibat dan berperang bersama ISIS. Kepolisian telah menerima informasi ada sekitar 50 orang Indonesia berangkat ke Suriah dan berbaiat kepada ISIS.
Juru bicara Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Ronny Franky Sompie mengatakan pengamanan di Suriah longgar karena negaranya sedang kacau dan dilanda konflik. Menurut dia, orang bisa masuk ke Suriah dari berbagai arah. Orang Indonesia, kata Ronny, bisa saja melewati Malaysia dan Thailand untuk diberi paspor palsu menuju Suriah.
Pengamat anti-terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie, mengatakan orang Indonesia berangkat ke Suriah dengan biaya masing-masing. Menurut dia, ada orang yang berangkat dengan paspor legal dari Jakarta menuju Turki. "Dari Turki menggunakan jalur darat ke Suriah," tutur dia.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Tatang Budi Utama Razak mengimbau warga negara Indonesia agar menangguhkan kunjungan mereka ke negara konflik, seperti Libya, Suriah, Irak, dan Afganistan.
YANDI M. ROFIYANDI | IRA GUSLINA SUFA | ROBBY IRFANY | MUHAMMAD MUHYIDDIN