Seorang anak pengngsi Irak membantu ayahnya menyiramkan air di dekat tenda dimana mereka tinggal di kamp pengungsian daerah Khazer luar Irbil, Irak (22/6). Ribuan keluarga Syiah Turkmen melarikan diri kota minggu lalu ketika ISIS menyerang kota. AP/Hussein Malla
TEMPO.CO, Baghdad - Kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menguasai tiga kota di wilayah bagian utara Irak setelah terlibat bentrok dengan pasukan keamanan Kurdi, Ahad, 3 Agustus 2014. Insiden ini memaksa ratusan warga mengungsi ke wilayah pegunungan sekaligus mengancam keberadaan bendungan paling besar Irak di wilayah itu.
Ahad pagi waktu setempat, pemberontak Sunni menyusup ke Kota Sinjar. Mereka menghancurkan tempat ibadah, membunuh warga dan petugas keamanan lokal serta mengibarkan bendera hitam dari negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di gedung milik pemerintah. (Baca:ISIS Hancurkan Pusat Peradaban Irak)
Selain itu, kelompok militan ISIS juga memaksa warga lokal mengucapkan sumpah untuk bergabung dengan ISIS. Jika mereka menolak, ISIS mengancam membunuh warga. Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Baghdad, Nickolay Mladenov, melaporkan bahwa setidaknya 200 ribu warga, mayoritas dari kelompok Yazidi, telah mengungsi dari Kota Sinjar. "Tragedi kemanusiaan telah berlangsung di Sinjar,” kata Mladenov.
Seperti dilansir New York Times, petugas keamanan lokal mengatakan untuk melawan kelompok milisi ISIS, pasukan Kurdi masuk dari wilayah Zumar yang merupakan jalur perbatasan dengan Suriah yang kaya akan sumber minyak. Kemudian mereka memasuki Sinjar, wilayah yang terisolasi di bagian barat laut Irak. Sinjar telah lama menjadi rumah bagi kelompok minoritas suku Yazidis, kelompok yang memadukan ajaran Islam dengan ajaran-ajaran kuno Persia. Namun, keyakinan mereka dianggap murtad oleh kelompok ISIS. (Baca:Militan ISIS Ledakkan Makam Nabi Yunus)
Tiga kota yang dikuasai ISIS terbentang dari wilayah utara ke barat dari Kota Mosul sampai dengan perbatasan Suriah dan Turki. Dengan kondisi bendungan Mosul dikuasai milisi ISIS, maka ini menjadi keuntungan mereka karena bisa menjadi alat untuk membuat banjir besar yang mematikan bagi penduduk setempat. Bendungan terbesar kedua di Irak, di Sungai Efrat, Kota Haditha, Provinsi Anbar, yang juga diambil-alih oleh ISIS sejak tahun lalu adalah bendungan Falluja.
Pertempuran selama seminggu terakhir telah menimbulkan krisis kemanusiaan di wilayah utara Irak, memaksa ratusan warga Kurdi dan Yazidis mengungsi ke penampungan di wilayah pegunungan yang tandus. Pemerintah Kurdi terus berusaha mencari solusi bagi ribuan pengungsi di sana.(Baca:ISIS Usir Orang Kristen dengan Cara Ini)