Kerabat menangisi 4 anak Palestina yang terbunuh oleh serangan udara Israel di rumah duka di Gaza, Palestina, 16 Juli 2014. Mustafa Hassona/Anadolu Agency/Getty Images
TEMPO.CO, Gaza – Kepala Kantor untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menggambarkan situasi di Gaza sebagai keadaan yang mengerikan. Organisasi ini mengungkap bahwa satu anak tewas setiap satu jamnya dalam tiga hari terakhir.
Dikutip dari Times of India hari ini, menurut laporan dari OCHA, penembakan terbaru telah menyebabkan kerusakan pada enam sekolah yang dikelola PBB hingga mengakibatkan begitu banyak anak telah tewas akibat kekerasan dalam beberapa hari terakhir. (Baca: Israel Serang Sekolah Milik PBB di Gaza)
Setidaknya 26 anak tewas dalam 24 jam terakhir. Hal ini membuat Wakil Sekretaris Jenderal OCHA Valerie Amos menyatakan kekhawatiran paling mendesak dari situasi mengerikan ini. Amos begitu prihatin karena sebagian besar korban tewas akibat konflik antara Hamas dan Israel adalah perempuan, anak-anak, dan mereka yang tidak ada hubungannya dengan konflik ini.
PBB terus menyerukan gencatan senjata agar pembicaraan damai bisa dilakukan kedua belah pihak. Di samping tu, gencatan senjata juga memungkinkan para pekerja bantuan kemanusiaan menjangkau daerah-daerah yang terkena dampak terburuk.
Namun, Hamas menolak usulan tersebut jika Israel tidak juga membuka blokade perbatasan darat dan laut Gaza. “Kami tidak akan menerima prakarsa apa pun sampai blokade atas rakyat kami dicabut,” ujar pemimpin tertinggi Hamas, Khaled Meshaal. (Baca: Syarat Gencatan Senjata dari Hamas)
Konflik Israel dan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, memanas sejak 8 Juli lalu dan menjadi sorotan dunia. Konflik ini dimulai dari ditemukannya jasad tiga remaja Israel yang disusul dengan kasus pembunuhan dan pembakaran terhadap seorang remaja Palestina. Serangan roket Hamas ke Israel dibalas dengan serangan udara Israel ke sejumlah wilayah Jalur Gaza. Hingga saat ini, konflik ini sudah menewaskan hampir 800 jiwa.