Warga korban topan Haiyan beristirahat di dalam Gereja Katolik yang rusak di pusat kota Tacloban, Filipina (14/10). Presiden Filipina Benigno Aquino di bawah tekanan pada hari Kamis untuk mempercepat distribusi makanan, air dan obat-obatan kepada korban. REUTERS/Bobby Yip
TEMPO.CO, Tacloban – Sudah seminggu berlalu sejak topan Haiyan melanda Filipina yang menewaskan ribuan jiwa. Namun, hingga kini kondisi di sana belum juga terkendali. Meski bantuan internasional yang mencapai puluhan juta dolar sudah disiapkan, nyatanya bantuan ini belum terdistribusi secara tepat dan tepat.
Banyak hal yang menghambat proses distribusi bantuan. Kepada AFP, Cat Carter, seorang aktivis dari Save The Children menuturkan, “Penjarahan menjadi masalah terbesar.” Menurut dia, sangat sulit menemukan tempat aman untuk menyimpan bantuan meski hanya untuk semalam. Jika salah simpan, yang ada bantuan itu akan dijarah dan menjadi tidak tepat sasaran.
Carter menambahkan, timnya juga kesulitan untuk melakukan koordinasi yang baik karena sistem komunikasi terganggu karena tidak ada pasokan listrik. “Listrik yang mati menjadi masalah besar. Sementara banyak kekuatan yang diperlukan dari listrik,” ujarnya. Memang, mereka bisa menggunakan generator, tapi tidak ada pesawat besar yang bisa mengangkutnya.
Gwendolyn Pang, Sekretaris Jenderal Palang Merah Filipina, mengatakan situasi benar-benar sulit. Mayat, bangkai hewan, dan puing-puing yang berserakan membuat suasana semakin mencekam. Hal ini bisa membuat korban selamat menjadi depresi.
Kombinasi tantangan ini membuat tim relawan dan evakuasi kesulitan untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan oleh korban topan yang jumlahnya mencapai ratusan ribu itu. Banyak pihak dibuat frustrasi karenanya.