Pertemuan IOR-ARC Sepakati Komunike Bengalore  

Reporter

Editor

Rabu, 16 November 2011 17:06 WIB

Bajak laut Somalia. AP/U.S.Navy, Petty Officer Jason Zalasky

TEMPO Interaktif, Bengalore - Negara-negara di sekitar Lautan Hindia menyepakati masa depan Lautan Hindia sebagai tanggung jawab bersama. Kesepakatan ini termuat dalam komunike bersama yang diberi nama Komunike Bengalore, sesuai nama kota tempat pertemuan negara-negara yang tergabung dalam Indian Ocean Rim-Association for Regional Co-operation (IOR-ARC) ke-11 di Bengalor, India, Selasa, 15 November 2011 malam.

Menteri Luar Negeri India S.M. Krishna, saat memberikan pengantar Komunike, mengatakan keselamatan pelayaran di Lautan Hindia dari maraknya perompakan menjadi agenda kerja bersama negara peserta di tahun mendatang. Berdasarkan komunike itu, Krishna, yang juga Ketua IOR-ARC, mengatakan negara anggotanya diharapkan bahu-membahu memerangi perompakan. Alasannya, para peserta pertemuan menyatakan lanun mengancam keamanan pelayaran dan keselamatan awak kapal di semenanjung Afrika itu.

Komunike menyerukan negara-negara anggota bekerja sama dalam menghadapi bencana alam, seperti tsunami, badai, banjir, dan pencemaran. Pengalaman setiap negara akan bermanfaat sebagai acuan bagi anggota lainnya.

Pertemuan organisasi yang berdiri sejak tahun 1997 itu sekaligus menyepakati Ocean Regime atau kesepakatan mengelola perairan Lautan Hindia bersama dan berkelanjutan. Kesepakatan ini dianggap menguntungkan nelayan yang menggantungkan hidupnya di perairan tersebut.

Ketua Delegasi Indonesia, Yuni Mumpuni, mendukung penuh hasil kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan ini. Apalagi Indonesia berada di lautan yang merupakan terluas ketiga di dunia tersebut. "Maka kita sangat berkepentingan dan mendapat manfaat dari organisasi ini," kata penasihat senior di Kementerian Luar Negeri ini.

Menurut Yuni, Indonesia memiliki lebih dari 16 juta nelayan tradisional yang menggantungkan hidup dan keluarga di Lautan Hindia. Karena itu, Indonesia mendukung kesediaan pemerintah Australia menindaklanjuti agenda organisasi ini dengan cara menyelenggarakan Konferensi Kelautan di Perth pada tahun depan. Australia merupakan salah satu anggota organisasi ini.

Menteri Luar Negeri Australia Kevin Rudd mendukung keberadaan IOR-ARC sehingga negaranya menganggap penting bergabung dalam organisasi ini. Rudd, yang ditunjuk sebagai Wakil Ketua IOR-ARC, mengatakan negara dalam organisasi ini memiliki kepentingan sama dalam menumbuhkan rasa aman di lautan tersebut bagi dunia pelayaran. Ia mengingatkan negara yang bergabung untuk secara bersama-sama memandang dari sisi ekonomi yang besar.

Pada pertemuan ke-11, Republik Seycchelles dinyatakan bergabung kembali setelah pada tahun 2003 mengundurkan diri. Selain Indonesia, India, dan Australia, organisasi ini beranggotakan Bangladesh, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauntius, Mozambik, Oman, Singapura, Afrika Selatan, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Yaman. Partner dialog dalam forum pertemuan ke-11 adalah Cina, Inggris, Mesir, dan Prancis.

Selain persoalan lanun dan nelayan, Komunike memuat juga mengenai ragam potensi turisme di antara anggota, kemungkinan kegiatan budaya, serta usaha yang bisa meningkatkan daya saing bidang ekonomi setiap anggota.

RUSTAM FACHRI MANDAYUN (BENGALORE, INDIA)

Berita terkait

Lima Fakta Bajak Laut yang Beraksi di Teluk Jakarta

23 Juli 2020

Lima Fakta Bajak Laut yang Beraksi di Teluk Jakarta

Direktorat Polairud Polda Metro Jaya baru saja menangkap 4 orang sindikat bajak laut yang beraksi di Teluk Jakarta pada Ahad dini hari

Baca Selengkapnya

Sudah 3 Tahun Beraksi, Bajak Laut Teluk Jakarta Raup Rp 10 Miliar

20 Juli 2020

Sudah 3 Tahun Beraksi, Bajak Laut Teluk Jakarta Raup Rp 10 Miliar

Bajak laut yang beroperasi di Teluk Jakarta ini kerap mencegat kapal nelayan dan merampas hasil tangkapan berikut uang yang dibawa.

Baca Selengkapnya

Malaysia Tahan Perompak Indonesia Setelah Membajak Kapal Thailand

8 September 2017

Malaysia Tahan Perompak Indonesia Setelah Membajak Kapal Thailand

Sebanyak 10 orang bajak laut asal Indonesia yang merompak sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai timur semenanjung Melayu telah ditangkap

Baca Selengkapnya

Perompak Bertopeng Bersenjata Laras Panjang Rampas Speedboat

8 April 2017

Perompak Bertopeng Bersenjata Laras Panjang Rampas Speedboat

Pelaku merampas speedboat dan seluruh barang milik korban. Semua korban dipaksa lompat ke laut, 3 orang selamat sedangkan 1 orang tenggelam.

Baca Selengkapnya

Cerita Bajak Laut Indonesia yang Lebih Ganteng Saat Dibui

28 November 2016

Cerita Bajak Laut Indonesia yang Lebih Ganteng Saat Dibui

Hakim juga menyatakan kesempatan untuk banding di Mahkamah Tinggi masih terbuka.

Baca Selengkapnya

Cerita Pilu Seorang WNI Saat Jadi Sandera Perompak Somalia  

1 November 2016

Cerita Pilu Seorang WNI Saat Jadi Sandera Perompak Somalia  

Trauma menghantui korban perompakan itu.

Baca Selengkapnya

RI Tetap Upayakan 8 WNI Perompak Diekstradisi ke Indonesia  

14 September 2016

RI Tetap Upayakan 8 WNI Perompak Diekstradisi ke Indonesia  

Pengadilan Vietnam Senin lalu memutuskan bahwa delapan WNI perompak akan diserahkan ke Malaysia.

Baca Selengkapnya

Polisi Gulung Kawanan Perompak Tanker di Sungai Mahakam  

27 Juli 2016

Polisi Gulung Kawanan Perompak Tanker di Sungai Mahakam  

Polisi menuturkan perompak di perairan Sungai Mahakam itu beraksi malam hari saat para anak buah kapal lengah mengawasi isi kapal.

Baca Selengkapnya

KRI Untung Suropati Gagalkan Aksi Perompak di Tanjung Puting

10 Mei 2016

KRI Untung Suropati Gagalkan Aksi Perompak di Tanjung Puting

Kawanan perompak mengaku diperintah warga Singapura agar membawa kapal Hai Soon 12 ke Timor Leste.

Baca Selengkapnya

Filipina Sebaiknya Beri Kesempatan Bagi RI Bebaskan WNI

5 Mei 2016

Filipina Sebaiknya Beri Kesempatan Bagi RI Bebaskan WNI

Indonesia memiliki yurisdiksi personalitas aktif kepada kasus dimana warga negaranya telah menjadi korban.

Baca Selengkapnya