10 Pendaki Wanita Siap Taklukkan Gunung di Ekuador

Reporter

Editor

Rabu, 12 Januari 2011 19:41 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sepuluh pendaki wanita di atas 40 tahun akan mendaki gunung tertinggi dan gunung berapi di Ekuador, Amerika Latin. Pendakian gunung Cayambe (5.790 m) dan Chimborazo (6300 m) dilakukan pada mulai 16 Januari hingga 1 Februari merupakan ekspedisi ketiga untuk penggalangan dana penderita Lupus di tanah air.

Di bawah bendera Equatorial Peaks for Lupus (E4L), tim pendaki ini sekaligu menyelesaikan misi '3 Puncak Ekuator', pendakian tiga puncak tertinggi di garis khatulistiwa yang memiliki salju abadi.

Menurut ketua E4L, Ami Saragih, Cayambe adalah gunung tertinggi ketiga di
Ekuador, Amerika Latin, dan merupakan gunung beratapkan salju abadi terakhir di
garis khatulistiwa yang masih menyisakan hamparan padang dan puncak berselimut
salju.

Sedangkan Chimborazo dengan lima puncaknya, diakui sebagai gunung berapi
tertinggi di Ekuador. Gunung ini juga diakui sebagai gunung tertinggi dunia,
bila jarak puncaknya dihitung dari titik pusat bumi.

Kesepuluh pendaki wanita itu masing-masing: Ami KMD Saragih (46, psikolog),
Amalia Yunita (43, wiraswasta), Veronica (47, pegawai swasta), Diah Bisono (45
tahun, wiraswasta), Miranda Wiemar (43, akuntan), Tejasari (42, perencana
keuangan independen), Dwiastuti Soenardi (53 tahun, pegawai swasta), Heni
Juhaeni (44, konsultan peralatan outdoor), Imas Emi Sufraeni (45, ibu rumah
tangga), dan Myrnie Zachraini Tamin (47, akuntan). Satu-satunya pria yang akan
menjadi pendamping pendakian adalah Rakhmat, sebagai pelatih tim.

Lima pendaki seperti Amalia Yunita, Ami Kadarhutami, Diah Bisono, Miranda Wimar,
dan Veronica Moeliono ini menggugah para perempuan memiliki jiwa setara,
bergabung. Di antaranya Tejasari, Heni Juhaeni, Wiwi, Emi dan Myrnie.

Ini merupakan ekspedisi ketiga yang dilakukan 10 pendaki wanita pendaki untuk
penggalangan dana ke Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Kepedulian tim E4L ini pada
lingkungan dan sesama didedikasikan untuk meningkatkan pengenalan terhadap
penyakit Lupus.

Sasaran penggalangan dana untuk YLI adalah donasi dari para pendaki sendiri,
perusahaan atau organisasi serta donatur perorangan. Setiap pendaki diharuskan
mendonasikan US$100.00 (minimum) untuk YLI. Perusahaan atau organisasi yang
ingin berdonasi, diharuskan memberangkatkan minimal dua orang pendaki. Donasi
perorangan akan langsung diserahkan untuk YLI.

Equatorial Peaks for Lupus merupakan inisiatif sekelompok perempuan Indonesia
yang prihatin terhadap perkembangan penyakit Lupus di Indonesia, dengan
melakukan misi kemanusiaan untuk memasyarakatkan mengenai bahaya penyakit ini.
Ekspedisi pertama pada 2006 silam ke Kala Pattar, Nepal dan gunung Kilimanjaro,
Tanzania Afrika tahun 2009 yang juga merupakan rangkaian dari “Misi 3 Puncak
Ekuator”. Saat itu berhasil dikumpulkan dalam setahun (setelah pendakian Rp 100
juta). Para pendaki, donasi perorangan, sponsor, dan donasi korporasi, diraih
melalui siar pendakian itu.

Dalam suatu survei terindikasi bahwa 9 dari 10 orang dengan Lupus (Odapus)
adalah wanita dan terdeteksi lebih banyak menyerang pada masa produktif (usia
15-44). Jumlah penderitanya (tahun lalu diperkirakan 9000 orang) diyakini lebih
besar dari yang berhasil terdeteksi, sementara pemahaman mengenai penyakit ini
masih sangat minim.

"Ekspedisi E4L tahun ini didukung diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi wanita
lain untuk dekat dengan lingkungan dan tetap beraktifitas atau berolahraga.
Tanpa perlu khawatir usia,” ujar Ami Saragih.

Synergy WorldWide Indonesia memberikan dukungan kepada tim pendakian dalam
bentuk produk makanan kesehatan untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan
stamina. Salah satunya, ProArgi-9 plus dan Mistica.

Produk ini pernah mendukung Jordan Romero kelahiran 1996, menjadi pendaki
termuda berhasil menaklukkan enam puncak tertinggi dunia (Gunung. Kilimanjaro,
Tanzania, Afrika, Juli 2006; Gunung. Kosciuszko, Australia, April 2007; Gunung
Elbrus, Rusia, Eropa Juli 2007; Gunung Aconcagua, Argentina, Amerika Selatan,
Desember 2007; Gunung Denali, Alaska, Amerika Utara, Juni 2008; Cartenz Pyramid,
Indonesia, September 2009).

Evieta Fadjar

Berita terkait

Gempa Ekuador, 1.700 Orang Masih Hilang

20 April 2016

Gempa Ekuador, 1.700 Orang Masih Hilang

Untuk pertama kalinya pemerintah mengumumkan jumlah korban hilang sejak gempa berkukatan 7,8 skala Richter itu menggoyang pantai Pasifik, Ekuador.

Baca Selengkapnya

Gempa Ekuador, Bantuan dari Luar Terus Berdatangan  

20 April 2016

Gempa Ekuador, Bantuan dari Luar Terus Berdatangan  

Presiden Rafael Correa mengatakan biaya pemulihan kota diperkirakan mencapai triliunan dolar.

Baca Selengkapnya

Ekuador Usir Staf Militer Kedutaan Besar AS  

25 April 2014

Ekuador Usir Staf Militer Kedutaan Besar AS  

Sekitar 20 staf Departemen Pertahanan di Kedutaan Besar AS di Quito meninggalkan negara itu akhir bulan ini.

Baca Selengkapnya

Gunung Berapi di Ekuador Meletus  

6 April 2014

Gunung Berapi di Ekuador Meletus  

Gunung berapi di Ekuador memuntahkan abu setinggi 10 kilometer.

Baca Selengkapnya

Rafael Correa Menangkan Pemilu Ekuador  

18 Februari 2013

Rafael Correa Menangkan Pemilu Ekuador  

Berhasil menjalankan program sosial dan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Mengapa Ekuador Beri Suaka pada Assange?  

17 Agustus 2012

Mengapa Ekuador Beri Suaka pada Assange?  

Menurut beberapa analis, Assange meminta perlindungan ke Ekuador karena dia tahu dia bisa mengandalkan Presiden Ekuador, Rafael Correa, untuk membantu

Baca Selengkapnya

Polisi Inggris Kepung Kedutaan Ekuador  

17 Agustus 2012

Polisi Inggris Kepung Kedutaan Ekuador  

Operasi mencegah Assange keluar Inggris ini menelan biaya sekitar 50 ribu pound sterling (setara Rp 749 juta) sehari.

Baca Selengkapnya

Ekuador Beri Suaka bagi Pendiri Wikileaks  

17 Agustus 2012

Ekuador Beri Suaka bagi Pendiri Wikileaks  

Pemberian suaka itu dilakukan setelah Assange mengungsi ke kantor Kedutaan Ekuador di London selama dua bulan.

Baca Selengkapnya

Ibu Pendiri Wikileaks Minta Suaka untuk Assange  

30 Juli 2012

Ibu Pendiri Wikileaks Minta Suaka untuk Assange  

Menanggapi permintaan Christine Assange, pemerintah Ekuador menyatakan tengah mempertimbangkannya.

Baca Selengkapnya

Presiden Ekuador Belum Putuskan Suaka bagi Assange  

21 Juni 2012

Presiden Ekuador Belum Putuskan Suaka bagi Assange  

Presiden Ekuador, Rafael Correa, menyatakan pemerintahnya akan mempertimbangkan dengan serius permintaan suaka bos Wikileaks itu.

Baca Selengkapnya