Para pengungsi dari etnis Uzbek tinggal ditenda-tenda di perbatasan Kyrgyzstan dan Uzbekistan (15/6). AP/Anvar Ilyasov
TEMPO Interaktif, Bishkek - Presiden sementara Kirgistan Roza Otunbayeva hari ini memperkirakan jumlah korban tewas berlipat ganda ketimbang angka resmi yang dilansir pihaknya saat ini. Sejauh ini, korban terbunuh akibat empat hari kerusuhan etnis itu 176 orang.
Paling tidak 1.800 lainnya cedera dan sekitar 100.000 pengungsi telah menyeberang ke negara tetangga Uzbekistan. Kantor berita Rusia RIA Novosti melaporkan sedikitnya 83.000 pengungsi warga Uzbek mendiami 30 kamp pengungsi di Uzbekistan.
Bentrokan antara etnis Kirgis dan Uzbek yang minoritas berlangsung di Kota Osh dan Jalalabad. Pemerintah Kirgistan menuding keluarga mantan presiden Kurmnabek Bakiyev sebagai dalang peristiwa itu.
Puluhan ribu warga Uzbek masih tertahan di perbatasan setelah uzbekistan menutup wilayah mereka. “Kami tidak punya air, makanan, dan bantuan kemanusiaan belum datang,” kata Nargiza Amirzayeva, 28 tahun, ibu dua anak yang terpaksa tidur di lantai selama dua hari terakhir ini.
Pemerintah sementara Kyrgyzstan, yang tengah berjuang mengatasi kekerasan etnik dan menyiapkan polisi dan militer yang tangguh, meminta Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) mengirimkan satuan polisi internasional. Tujuannya agar ditempatkan di negeri Asia Tengah tersebut.
Pemerintah Amerika Serikat telah mengirim Robert Blake sebagai tuusan ke Kirgistan. Ia dijadwalkan bertemu dengan para pejabat negara itu Jumat dan Sabtu mendatang.