"Anda telah melihat melalui sejumlah foto, 200 ribu korban bencana tergeletak di jalan-jalan, mereka tidak termasuk yang berada di reruntuhan gedung." kata Preval dalam sebuah pertemuan para pemimpin negara-negara Amerika Latin dan Karibia di Meksiko. "Kami perkirakan seluruh korban mencapai 300 ribu orang," lanjutnya.
Menurutnya, gempa Haiti merupakan salah satu tragedi dunia terbesar dalam sejarah modern, korbannya melebihi bencana tsunami 2004 di Samudera Hidia.
Preval menjelaskan, gempa tersebut selain melumat 300 ribu jiwa juga menghancurkan 250 ribu rumah sehingga lebih dari 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Mereka kini hidup di tenda-tenda darurat, sebagian tinggal seadanya di alam terbuka karena ibu kota Port-au-Prince dalam keadaan mati suri.
Sementara itu, para pekerja sosial khawatir munculnya berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat sanitasi yang tak bagus serta datangnya musim hujan di awal Maret ini. Kondisi penampungan pengungsi begitu jorok banyak yang tak memiliki WC atau sumber air bersih. "Musim hujan sudah mulai turun di Port-au-Prince sehingga tak memungkinan hidup layak, alasan inilah yang menjadi dasar meminta tambahan tempat penampungan," ujar Preval.
Pada pertemuan dengan negara-negara donor yang akan datang, Preval berharap lebih fokus pada rencana pembangunan kembali negerinya yang porak poranda. Preval juga mengusulkan kemungkinan pemindahan ibu kota Port-au-Prince dari lokasi yang hancur berantakan itu. Pada kesempatan itu pula, Preval mengajak negara-negara Amerika Latin berinvestasi di bidang industri di Haiti agar negerinya terbebas dari ketergantungan bantuan internasional.
REUTERS | CHOIRUL