Media Israel Curiga Drone Hizbullah Telah Merekam Kediaman Netanyahu
Editor
Ida Rosdalina
Senin, 19 Agustus 2024 02:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Media Israel, seperti dilansir Al Mayadeen, telah melaporkan kecurigaan tentang sebuah drone Hizbullah yang mungkin telah digunakan untuk memotret kediaman Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Qaysaria, sebelah selatan Haifa.
Menurut surat kabar Israel, Israel Hayom, sebuah radar pada kapal rudal Israel yang ditempatkan di lepas pantai Qaysaria mendeteksi sebuah drone. Deteksi ini ditafsirkan sebagai drone pengintai Hizbullah yang dimaksudkan untuk memotret kediaman Netanyahu di tepi pantai.
Namun, militer Israel menyatakan bahwa ini bisa jadi merupakan "alarm palsu," dengan mencatat bahwa sistem radar terkadang mengeluarkan peringatan bahkan dalam kasus kawanan burung atau objek lain, yang sebelumnya dianggap "akurat."
Surat kabar tersebut juga melaporkan bahwa jet tempur dikirim ke daerah tersebut setelah deteksi, tetapi tidak dapat menemukan drone tersebut.
Haaretz: Israel merasa kian terkepung
Ancaman dari Iran dan Hizbullah untuk membalaskan kematian komandan Hizbullah Fuad Shukr dan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, membuat Israel siaga tinggi. Keadaan tak menentu di Kawasan Timur Tengah mencemaskan dunia internasional sehingga banyak negara yang memerintahkan warganya meninggalkan kawasan tersebut, terutama Israel dan Lebanon.
Sederet perusahaan penerbangan pun membatalkan jadwal mereka ke wilayah tersebut hingga waktu yang belum ditentukan. Dalam kondisi ini, Israel tidak hanya merasa terisolasi tetapi juga mengalami perasaan terkepung, terutama di sektor penerbangan.
Surat kabar Haaretz, Rabu, 14 Agustus 2024, mengatakan bahwa Israel pernah menjadi bagian integral dari komunitas global, dengan penerbangan yang datang secara teratur dan orang-orang bergerak dengan bebas. Namun, kenyataan ini telah berubah karena apa yang digambarkan sebagai "pengepungan" dan kesulitan yang menyertainya.
Surat kabar itu mencatat bahwa penerbangan domestik di dalam Israel telah menjadi hampir mustahil, dengan banyak pemukim sekarang tinggal di dekat kamar-kamar yang dibentengi karena takut akan potensi serangan.
Perasaan terkepung semakin meningkat minggu lalu, Haaretz melaporkan, ketika maskapai-maskapai asing mulai menghindari Tel Aviv. Situasi semakin memburuk ketika Lufthansa, maskapai penerbangan terbesar kedua di Eropa dalam hal jumlah penumpang dan jumlah armada, berhenti mendarat di wilayah Palestina yang diduduki, yang menandakan runtuhnya sektor penerbangan Israel.
Harga tiket telah melambung tinggi, dengan Haaretz mengutip sebuah contoh di mana tiket sekali jalan dari London ke Tel Aviv dengan El Al Airlines untuk hari Kamis mendatang seharga $ 1.487. Tiket pulang pergi dari Tel Aviv ke London dihargai $2.366, dengan tantangan tambahan bahwa kursi kelas ekonomi saat ini tidak tersedia.
Surat kabar ini juga menunjukkan bahwa para pemilik maskapai penerbangan adalah salah satu dari sedikit orang yang diuntungkan oleh perang yang sedang berlangsung dan ketegangan yang meningkat. El Al, sebuah perusahaan publik yang dikendalikan oleh Eli Rozenberg, putra miliarder Amerika Kenny Rozenberg, menjadi maskapai yang paling menguntungkan pada kuartal pertama tahun ini, dengan laba bersih sebesar $80,5 juta.
Pilihan Editor: Serangan Israel Bunuh Ayah, Ibu dan Enam Anak di Jalur Gaza