NYT: Ismail Haniyeh Terbunuh oleh Bom yang Diselundupkan ke dalam Wisma 2 Bulan Lalu
Editor
Ida Rosdalina
Kamis, 1 Agustus 2024 23:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh kemarin dengan sebuah alat peledak yang diselundupkan ke dalam wisma tempat dia menginap dua bulan lalu, demikian dilaporkan New York Times.
Mengutip lima pejabat Timur Tengah, surat kabar tersebut mengatakan: "Bom tersebut telah disembunyikan sekitar dua bulan yang lalu di wisma tersebut... Bom tersebut diledakkan dari jarak jauh, kata kelima pejabat tersebut, setelah dipastikan bahwa dia berada di dalam kamarnya di wisma tersebut."
Bom tersebut menewaskan Haniyeh dan pengawalnya serta menyebabkan kerusakan pada bangunan tersebut.
Dia berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian pada Selasa.
Ada spekulasi bahwa Israel telah membunuh Haniyeh dalam sebuah serangan pesawat tak berawak.
Otoritas pendudukan belum mengomentari pembunuhannya, meskipun Hamas mengatakan bahwa ia terbunuh dalam "serangan Zionis".
Pemimpin Jihad Islam Palestina, Ziyad Al-Nakhalah, tinggal di kamar sebelah, kata dua pejabat Iran kepada NYT. "Kamarnya tidak rusak parah, menunjukkan adanya perencanaan yang tepat dalam penargetan Haniyeh," tambah mereka.
Khamenei Pimpin Salat Jenazah
Salat jenazah digelar di ibu kota Iran, Teheran, hari ini untuk kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dengan ribuan orang yang hadir.
Selaku Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, memimpin salat jenazah untuk Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dan pengawalnya, Wasim Abu Shaaban, setelah pembunuhan mereka di Teheran. Upacara yang diadakan di Universitas Teheran ini dihadiri oleh banyak orang yang berduka atas meninggalnya pemimpin perlawanan Palestina tersebut.
Penyelidikan awal menunjukkan adanya keterlibatan Israel, kemungkinan dengan dukungan Amerika Serikat, meskipun rinciannya masih belum jelas.
Ketua Parlemen Iran Mohammad Baqer Qalibaf mengkritik negara pendudukan tersebut, menyebut tindakannya sebagai tindakan yang putus asa. "Era 'tabrak lari' bagi Israel dan sekutunya, AS, telah berakhir," katanya, seraya memperingatkan akan adanya "harga yang mahal" atas pembunuhan tersebut.
Selama pemakaman, kematian Haniyeh dikutuk sebagai tindakan teroris oleh pasukan Israel. Pemerintah Iran berjanji untuk membalas pembunuhan tersebut, sementara Khalil Al-Hayya dari Hamas menegaskan kembali sikap gerakan tersebut untuk tidak mengakui Israel.
Kemarin di X, akun resmi Khamenei menyatakan bahwa adalah "tugas" Republik Islam untuk membalas dendam atas pembunuhan Haniyeh.
Ribuan orang berbaris di ibu kota Iran, dengan para pejabat senior, termasuk Presiden Pezeshkian dan Jenderal Hossein Salami, yang hadir. Insiden tersebut, yang terjadi hanya beberapa jam setelah pembunuhan komandan Hizbullah Fuad Shukr oleh Israel, dan pengumuman hari ini bahwa kepala militer Hamas Mohammed Deif terbunuh dalam sebuah serangan ke Gaza pada bulan Juli, telah meningkatkan kemungkinan terjadinya perang regional.
Pembunuhan Haniyeh telah mengundang kecaman dari para pemimpin regional dan internasional, sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan de-eskalasi. AS dan Qatar juga menekankan perlunya perdamaian, meskipun ada peningkatan ketegangan setelah pembunuhan tersebut.
MIDDLE EAST MONITOR
Pilihan Editor: Blinken Desak Semua Pihak di Timur Tengah untuk Hentikan Eskalasi Konflik