Khamenei Perintahkan Iran Serang Israel, Balas Pembunuhan Ismail Haniyeh
Editor
Dewi Rina Cahyani
Kamis, 1 Agustus 2024 13:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah memerintahkan Iran untuk menyerang Israel secara langsung, sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran. Pernyataan Khamenei ini dilaporkan oleh New York Times yang mengutip tiga pejabat Iran. Ketiga pejabat itu disebutkan telah diberi pengarahan tentang perintah tersebut, termasuk dua anggota Garda Revolusi.
Khamenei memberikan perintah tersebut pada pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pada Rabu pagi, 31 Juli 2024. Perintah meluncur tak lama setelah Iran mengumumkan bahwa Haniyeh telah terbunuh.
Iran dan Hamas menuduh Israel atas pembunuhan tersebut. Israel, yang tengah berperang dengan Hamas di Jalur Gaza, tidak mengakui maupun membantah pembunuhan Haniyeh, yang berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran.
Israel memiliki sejarah panjang dalam membunuh musuh di luar negeri, termasuk ilmuwan nuklir dan komandan militer Iran, menurut NYT.
Selama hampir 10 bulan perang di Gaza, Iran telah mencoba untuk menekan Israel dengan meningkatkan serangan secara tajam oleh sekutu dan pasukan proksinya di wilayah tersebut. Namun Iran menghindari perang habis-habisan antara kedua negara.
Dalam serangan terbesar dan paling terang-terangan terhadap Israel, Iran meluncurkan ratusan rudal dan pesawat tak berawak pada bulan April. Penembakan rudal itu adalah sebagai balasan atas serangan Israel terhadap kompleks kedutaannya yang menewaskan beberapa komandan militer Iran di ibu kota Suriah, Damaskus.
"Sekarang tidak jelas seberapa kuat Iran akan menanggapi, dan apakah Iran akan sekali lagi mengkalibrasi serangannya untuk menghindari eskalasi. Komandan militer Iran sedang mempertimbangkan serangan gabungan lain berupa pesawat nirawak dan rudal terhadap target militer di sekitar Tel Aviv dan Haifa, tetapi akan berusaha menghindari serangan terhadap target sipil," kata pejabat Iran.
Salah satu pilihan yang dipertimbangkan adalah serangan terkoordinasi dari Iran dan garis depan lain tempat Iran memiliki pasukan sekutu, termasuk Yaman, Suriah, dan Irak, demi efek maksimal, mereka menambahkan.
Khamenei, yang memegang keputusan akhir dalam semua masalah negara dan juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, menginstruksikan komandan militer dari Garda Revolusi dan angkatan darat untuk mempersiapkan rencana serangan dan pertahanan apabila perang meluas dan Israel atau AS menyerang Iran, kata para pejabat.
Dalam pernyataan publiknya tentang kematian Ismail Haniyeh, Khamenei mengisyaratkan bahwa Iran akan membalas dendam secara langsung. "Kami melihat pembalasan atas darahnya sebagai tugas kami," ujarnya.
Karena pembunuhan Ismail Haniyeh terjadi di wilayah Iran, maka Israel telah bersiap menerima hukuman berat, menurut New York Times.
<!--more-->
Pejabat Iran lainnya, termasuk presiden yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian, kementerian luar negeri, Garda Nasional dan misi Iran untuk PBB, juga mengatakan secara terbuka bahwa Iran akan membalas Israel.
Iran dan sekutunya seperti Hamas, Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman dan banyak milisi di Irak, membentuk apa yang disebut "poros perlawanan." Para pemimpin kelompok tersebut berada di Teheran untuk pelantikan Pezeshkian pada hari Selasa.
Haniyeh dibunuh sekitar pukul 2 pagi (waktu setempat), setelah menghadiri upacara dan bertemu dengan Khamenei. Pembunuhan itu mengejutkan para pejabat Iran, yang menggambarkannya sebagai tindakan melewati batas merah.
Menurut New York Times, serangan itu adalah pelanggaran keamanan yang memalukan bagi Iran. Negara itu ingin menunjukkan kekuatan tetapi tidak mampu mencegah Israel melakukan operasi rahasia di wilayahnya.
Rasa malu itu diperparah oleh keunggulan Haniyeh, kehadiran sekutu lainnya, dan fakta bahwa ia diserang di wisma tamu Garda Revolusi yang sangat aman pada hari dengan keamanan yang diperketat di ibu kota.
Lebih lanjut dilaporkan dengan mengutip para analis bahwa Teheran memandang pembalasan diperlukan untuk membalas pembunuhan Haniyeh. Pembalasan serangan oleh Iran itu juga sebagai pencegahan terhadap Israel yang membunuh musuh-musuh kuat lainnya, seperti pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, atau Jenderal Ismail Qaani, komandan Pasukan Quds yang mengawasi kelompok-kelompok militan di luar Iran.
"Iran kemungkinan besar percaya bahwa mereka tidak punya pilihan lain selain membalas untuk mencegah serangan Israel lebih lanjut, mempertahankan kedaulatannya, dan menjaga kredibilitasnya di mata mitra regionalnya," kata Ali Vaez, direktur International Crisis Group untuk Iran.
Para analis berspekulasi bahwa Iran mungkin akan membalas secara langsung, mungkin akan kembali meluncurkan ratusan pesawat tak berawak dan rudal ke wilayah Israel seperti pada April lalu. Saat itu serangan mematikan dilakukan untuk membalas penyerangan terhadap konsulat Iran di Damaskus.
Tindakan lain yang mungkin dilakukan bisa dengan menargetkan warga negara Israel di seluruh dunia, meningkatkan aktivitas nuklir, mengganggu jalur pelayaran, atau menyerang situs diplomatik Israel.
Kendati ada kemungkinan-kemungkinan ini, sebagian besar pengamat sepakat bahwa Teheran tidak mungkin melancarkan perang berskala penuh dengan Israel atau AS. Sebabnya Iran menyadari kemampuan militernya tak sebanding dengan Israel atau AS.
NDTV | AL ARABIYA
Pilihan editor: Hidup dalam Pembangkangan: Ismail Haniyeh Selamanya Jadi Simbol Perlawanan