Indonesia dan Selandia Baru Memperkuat Kerja Sama
Reporter
Tempo.co
Editor
Suci Sekarwati
Selasa, 30 Juli 2024 23:00 WIB
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada Selasa, 30 Juli 2024, merampungkan kunjungan kerja ke Auckland, Selandia Baru untuk rapat bilateral dalam format the Joint Ministerial Commission (JMC) dengan Wakil Perdana Menteri yang merangkap Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters. JMC terakhir dilakukan pada 2020 secara online karena pandemi Covid-19.
Selandia Baru adalah salah satu mitra penting Indonesia di Pasifik, bukan hanya dalam konteks bilateral namun juga dalam konteks kawasan terutama kerja sama Indonesia dengan negara-negara Pasifik. Pada tahun ini, hubungan bilateral Indonesia-Selandia Baru memasuki usia ke-66 tahun. Sementara, Kemitraan Komprehensif kedua negara telah memasuki setengah dekade.
Engagements Indonesia dan Selandia Baru juga terus meningkat secara signifikan. Pada Maret 2024.Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Christopher Luxon rapat di sela-sela KTT ASEAN-Australia di Melbourne.
"Pertemuan JMC ini tidak hanya membahas isu bilateral tetapi juga isu kawasan dan dunia, termasuk isu Myanmar dan Palestina," kata Retno.
Retno mengingatkan wilayah Pasifik yang stabil, damai, dan sejahtera merupakan kunci dari Indo-Pasifik yang stabil, damai, dan sejahtera pula. Indo-Pasifik yang damai tidak dapat dicapai sendirian oleh satu negara, namun memerlukan kerja sama dan kolaborasi dari banyak negara.
Retno menyampaikan Indonesia siap memperkuat kerja sama dengan Selandia Baru dalam konteks pemajuan kerja sama ekonomi dan pembangunan di Pasifik. Volume perdagangan kedua negara, dalam lima tahun terakhir meningkat lebih dari 13 persen. Kendati begitu, kerja keras tetap perlu dilakukan mengingat pada tahun lalu terjadi penurunan perdagangan.
"Semua fasilitas perdagangan harus dipergunakan termasuk melalui RCEP, sehingga kami dapat meningkatkan kembali angka perdagangan," ujar Retno.
Sejalan dengan kerja sama di bidang hortikultura, Indonesia telah manfaatkan skema Regional Seasonal Employment (RSE). Sejak 2007 sampai 2024, Indonesia sudah mengirimkan sekitar 870 tenaga kerja musiman perkebunan ke Selandia Baru.
Indonesia dan Selandia baru memiliki sejumlah kerja sama di sektor halal. Kerja sama di sektor ini akan ditindaklanjuti secara G-to-G sebagai mutual recognitions sertifikasi halal.
Di bidang investasi, Selandia Baru berkomitmen mengucurkan pendanaan NZD15,7 juta (Rp151 miliar) untuk kerja sama energi geothermal dalam skema Indonesia-Aotearoa New Zealand Geothermal Energy Programme/PINZ. Indonesia dan Selandia Baru telah menjalin kerja sama di bidang energi geothermal melalui proyek Kamojang di Garut, Jawa Barat sejak 1970an. Kerja sama bidang geothermal ini sangat penting artinya dalam mendukung upaya transisi energi Indonesia.
Ke depan, diharapkan kerja sama Indonesia-Selandia Baru juga dapat mendukung upaya Indonesia untuk mencapai target emisi nol karbon sebelum 2060, serta berkolaborasi dalam mendorong upaya global mengatasi perubahan iklim. Pada September mendatang, rencananya akan ditandatangani MoU kerja sama di bidang energi terbarukan dan konservasi energi antara dua negara yang akan menjadi payung bagi kerja sama lingkungan kedua negara.
Pilihan editor: Marak Kasus Bunuh Diri Usia Muda, Ini Pemicunya Menurut Peneliti BRIN