CrowdStrike Windows Down, Sistem Keamanan Pentagon Amerika Kena Juga?

Reporter

Sabtu, 20 Juli 2024 22:12 WIB

Ketua Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, Jenderal C. Q. Brown, berbicara dalam Aspen Security Forum di Aspen, Colorado, Amerika, pada Jumat, 19 Juli 2024. YouTube @aspeninstitute

TEMPO.CO, Jakarta - Saat banyak sistem komputer di seluruh dunia, dari perbankan, layanan kesehatan, hingga penerbangan, sedang berjuang untuk pulih dari insiden teknologi massal akibat kegagalan fungsi gara-gara pembaruan perangkat lunak CrowdStrike pada Microsoft Windows. Beberapa sistem pemerintahan Amerika Serikat juga terkena. Apakah sistem komputer Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika juga terkena?

“Dari semua laporan yang saya terima saat ini, (tidak ada) dampak terhadap operasi Departemen Pertahanan,” kata Ketua Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika, Jenderal C. Q. Brown, dalam Aspen Security Forum di Aspen, Colorado, Amerika, Jumat, 19 Juli 2024.

“Tetapi saya juga akan berbagi dengan Anda, ini hanya memberi Anda indikasi betapa pentingnya keamanan siber – cara kami menggunakan perangkat lunak kami, cara kami menggunakan alat kami – dan hal-hal yang kami lakukan, khususnya di Departemen Pertahanan, untuk melindungi kemampuan kami dalam melindungi keamanan siber, memastikan bahwa kita masih dapat melindungi negara, bahkan ketika Anda mengalami – baik itu kesalahan atau serangan – yang merupakan posisi terbaik untuk dapat memberikan dukungan,” kata Brown, seperti dikutip Breaking Defense.

“Saya yakin musuh-musuh kita melihat hal ini sebagai suatu cara, menurut saya, untuk memicu masalah di saat kita memperkuat kemampuan tempur untuk merespons krisis di mana pun di seluruh dunia,” ujar Brown.

Meskipun Brown mengatakan sistem komputer Pentagon belum menghadapi masalah besar, CrowdStrike sebenarnya telah tertanam dalam sistem komputer lembaga itu setidaknya sejak tahun lalu. Dalam rilisnya pada 31 Mei 2023, CrowdStrike mengumumkan bahwa mereka telah mendapat otorisasi untuk Impact Level 5 (IL5) dari Departemen Pertahanan.

Advertising
Advertising

Pentagon menggunakan tingkat dampak (IL) berdasarkan sensitivitas informasi yang akan disimpan atau diproses di cloud dan potensi dampak suatu peristiwa yang mengakibatkan hilangnya kerahasiaan, integritas, atau ketersediaan informasi tersebut. Tingkat terendah adalah IL2, yang kerahasiaannya rendah dan boleh dipublikasikan. Tingkat tertinggi adalah IL6, yang tergolong informasi rahasia hingga sangat rahasia (top secret).

CrowdStrike mendapat akses untuk IL5, satu tingkat di bawah IL6. Ini tingkat kontrol keamanan tertinggi yang diperlukan untuk data tidak rahasia yang dikendalikan yang dianggap penting. Ini termasuk data yang berpotensi mengakibatkan hilangnya nyawa, kerusakan besar pada keamanan nasional, atau kerusakan parah pada keamanan nasional.

“Otorisasi ini akan memungkinkan Departemen Pertahanan, komunitas intelijen, dan badan-badan federal lainnya untuk mengerahkan CrowdStrike untuk melindungi aset-aset paling penting yang tidak dirahasiakan, dan akan membantu badan-badan tersebut dalam mencapai arsitektur operasional Zero Trust, yang direncanakan akan diselesaikan oleh Departemen Pertahanan pada tahun 2027,” kata CrowdStrike.

Menurut CrowdStrike, Zero Trust adalah kerangka kerja keamanan yang mengharuskan semua pengguna, baik di dalam atau di luar jaringan organisasi, untuk diautentikasi, diberi otorisasi, dan terus divalidasi untuk konfigurasi dan postur keamanan sebelum diberikan atau tetap memiliki akses ke aplikasi dan data.

CrowdStrike juga “mengamankan beberapa aset paling penting Amerika di dalam Departemen Pertahanan, entitas Pangkalan Industri Pertahanan (DIB), Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) melalui Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA), Pusat Keamanan Internet (CIS) dan beberapa lembaga sipil federal lainnya”. Selain itu, “CrowdStrike adalah mitra pendiri Joint Cyber Defense Collaborative (JCDC) CISA, yang menyatukan kemampuan siber yang tersebar di lembaga-lembaga federal, pemerintah negara bagian dan lokal serta sektor swasta sehingga memajukan kolaborasi keamanan siber dan berbagi informasi”.

Menurut CISA, meskipun insiden CrowdStrike sekarang bukan serangan siber, badan itu telah mengamati adanya ancaman pihak-pihak yang “memanfaatkan insiden ini untuk phishing dan aktivitas berbahaya lainnya”. “CISA mendesak organisasi dan individu untuk tetap waspada dan hanya mengikuti instruksi dari sumber yang sah. CISA merekomendasikan organisasi untuk mengingatkan karyawannya agar menghindari untuk mengklik email phishing atau tautan mencurigakan,” kata lembaga itu dalam siaran peringatan mengenai CrowdStrike.

Pilihan editor:

Berita terkait

Survei Cloudflare Ungkap 65 Persen Perusahaan Korban Ransomware Rela Bayar Tebusan

15 jam lalu

Survei Cloudflare Ungkap 65 Persen Perusahaan Korban Ransomware Rela Bayar Tebusan

Cloudflare mengungkapkan 65 persen organisasi sasaran pemerasan via perangkat digital rela bayar tebusan. Efek ketahanan digital yang lemah.

Baca Selengkapnya

Teror Lewat Pager dan Walkie Talkie di Lebanon, Dosen Binus Bandingkan dengan Serangan Stuxnet ke Iran

1 hari lalu

Teror Lewat Pager dan Walkie Talkie di Lebanon, Dosen Binus Bandingkan dengan Serangan Stuxnet ke Iran

Dugaan teror di Lebanon dengan serangan Stuxnet ke Iran disebutnya memiliki karakter yang berbeda 180 derajat. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Kebocoran Data NPWP, Pakar Keamanan Siber: Reputasi Indonesia di Mata Dunia Tercoreng

1 hari lalu

Kebocoran Data NPWP, Pakar Keamanan Siber: Reputasi Indonesia di Mata Dunia Tercoreng

Pakar keamanan siber, Pratama Persadha, menyayangkan peretasan data pribadi sejumlah 6,6 juta data NPWP yang menyerang DJP baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Alibaba Komitmen Pertahankan 88 Miliar Lembar Saham di GoTo hingga Lima Tahun Mendatang

3 hari lalu

Alibaba Komitmen Pertahankan 88 Miliar Lembar Saham di GoTo hingga Lima Tahun Mendatang

Alibaba Group jalin kerja sama dengan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Kerja sama ini mencakup komitmen pertahankan 8.531.124.993 lembar saham selama lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Hasil Riset Mekari: Software Berbasis Cloud Dongkrak Efektivitas Perusahaan

6 hari lalu

Hasil Riset Mekari: Software Berbasis Cloud Dongkrak Efektivitas Perusahaan

Studi juga menunjukkan mayoritas perusahaan antusias menggunakan software berbasis cloud dalam dua tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Tim Mahasiswa Unpar Bandung Bikin Aplikasi untuk Manajemen Kantor Hukum

6 hari lalu

Tim Mahasiswa Unpar Bandung Bikin Aplikasi untuk Manajemen Kantor Hukum

Tim mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan membuat aplikasi manajemen kantor hukum. Akan dikembangkan dengan teknologi AI.

Baca Selengkapnya

Kaspersky Catat Lonjakan Kasus Phising, Lakukan Cara Ini untuk Menghindarinya

16 hari lalu

Kaspersky Catat Lonjakan Kasus Phising, Lakukan Cara Ini untuk Menghindarinya

Pada awal 2024, praktik phising tercatat meningkat 40 persen bila dibandingkan dengan paruh pertama 2023.

Baca Selengkapnya

Microsoft Bakal Alihkan Fitur Control Panel jadi Settings, Pengguna Lama Waswas

23 hari lalu

Microsoft Bakal Alihkan Fitur Control Panel jadi Settings, Pengguna Lama Waswas

Menu Control Panel yang melengkapi sistem operasi Windows sejak 1985 perlahan akandigeser oleh Settings.

Baca Selengkapnya

5 Cara Mengatasi Laptop Not Responding dan Penyebabnya

24 hari lalu

5 Cara Mengatasi Laptop Not Responding dan Penyebabnya

Berikut ini 5 cara mengatasi laptop not responding dan faktor penyebabnya. Anda bisa update perangkat hingga restart secara paksa.

Baca Selengkapnya

Israel Dapat Kiriman Pasokan Militer AS ke-500

24 hari lalu

Israel Dapat Kiriman Pasokan Militer AS ke-500

Israel mengatakan mereka telah menerima pesawat pasokan militer AS yang ke-500 sejak dimulainya perang di Jalur Gaza Oktober lalu.

Baca Selengkapnya