Posisi Calon Wapres Trump atas Isu Palestina, Israel, Ukraina, dan Cina
Editor
Ida Rosdalina
Rabu, 17 Juli 2024 10:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai seorang pemodal ventura dan seorang veteran, J.D. Vance, wakil Presiden pilihan Donald Trump terkenal secara nasional dengan bukunya yang dijadikan film, Hillbilly Elegy. Dia adalah bagian dari aliran Partai Republik yang memperjuangkan pendekatan lepas tangan terhadap kebijakan luar negeri. Kebijakan tersebut memprioritaskan kepentingan AS, meragukan intervensi militer, dan mempertanyakan pendekatan lama AS terhadap aliansi global.
Namun, pendekatan "America First" dari Vance juga memiliki batasan. Berikut ini adalah perspektif kebijakan luar negeri senator yang vokal ini dalam berbagai hal, mulai dari perang Israel di Gaza dan konflik di Ukraina, hingga meningkatnya ketegangan dengan Cina:
Di mana posisi Vance terhadap Israel dan Gaza?
Kebijakan luar negeri Vance dapat diduga sebagai "Amerika yang pertama dengan pengecualian Israel". Ketika Hamas melakukan serangan pada 7 Oktober tahun lalu, Vance menyalahkan pemerintahan Biden karena membiarkan kelompok Palestina tersebut.
"Rakyat Amerika harus menghadapi kenyataan pahit: uang pajak kita mendanai hal ini," ujarnya, beberapa jam setelah serangan tersebut, menurut laporan media.
Dukungan setia Vance terhadap hubungan AS-Israel yang kuat didasarkan pada pandangannya bahwa negara tersebut sangat penting untuk melindungi kepentingan AS di Timur Tengah, menurut Seth Eisenberg, CEO PAIRS Foundation, sebuah organisasi yang berbasis di AS.
"Vance mendukung kelanjutan bantuan militer kepada Israel, menekankan bahwa Israel yang aman berkontribusi terhadap stabilitas regional dan sejalan dengan kepentingan strategis Amerika. Dia menganjurkan kerja sama diplomatik dan pertahanan yang erat, mengakui peran Israel sebagai negara demokrasi di kawasan yang bergejolak," kata Eisenberg kepada Al Jazeera.
Vance telah menolak segala bentuk pembatasan bantuan kepada Israel.
Vance telah memuji keyakinan Kristennya atas dukungannya yang menyeluruh terhadap Israel. "Mayoritas warga negara ini berpikir bahwa juru selamat mereka, dan saya sendiri adalah seorang Kristen, lahir, mati, dan dibangkitkan di sebidang wilayah sempit di lepas pantai Mediterania," ujarnya dalam sebuah pidato yang disampaikannya di Quincy Institute pada bulan Mei lalu.
"Gagasan bahwa akan ada kebijakan luar negeri Amerika yang tidak terlalu peduli dengan bagian dunia itu tidak masuk akal."
Di dalam negeri, Vance menulis surat kepada Presiden AS Joe Biden pada November lalu, mendesaknya untuk tidak menerapkan perlindungan imigrasi khusus bagi warga Palestina, dan menyebut mereka sebagai "populasi yang berpotensi teradikalisasi".
Dia juga memperkenalkan rancangan undang-undang untuk menahan dana federal bagi perguruan tinggi yang mengadakan perkemahan atau protes menentang perang Israel di Gaza.