2002 – Tembok Pemisah Israel
Pada 2002, Israel mulai membangun tembok yang mengular sepanjang lebih dari 700 km di Tepi Barat, membagi desa-desa, mengepung kota-kota dan memisahkan keluarga-keluarga satu sama lain.
Israel mengatakan bahwa tembok itu untuk keamanan tetapi tidak mengikuti Garis Hijau, 85 persen dari tembok tersebut dibangun di wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Pembatas setinggi dua lantai itu melintasi Yerusalem Timur yang diduduki, Area C, dan sebagian Area B, yang memakan lebih dari 500 km persegi Tepi Barat, demikian perhitungan B'Tselem, organisasi hak asasi manusia terkemuka di Israel.
2024 – Perampasan tanah lebih lanjut dan permukiman ilegal
Sekitar 700.000 pemukim tinggal di sekitar 300 permukiman dan pos-pos ilegal yang tersebar di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur.
Menteri Keuangan - dan juga seorang pemukim –Smotrich sangat marah dengan lima negara yang mengakui negara Palestina.
Sebagai pembalasan, ia berkata: "Untuk setiap negara yang secara sepihak mengakui negara Palestina, kami akan mendirikan pemukiman," dan menjanjikan satu juta pemukim baru di Tepi Barat yang diduduki untuk mencegah pembentukan negara Palestina.
Permukiman dan infrastrukturnya, termasuk jalan pintas yang hanya bisa dilalui oleh warga Israel, menempati sekitar 35 persen lahan di Yerusalem Timur dan sekitar 10 persen di Tepi Barat.
Pada Januari, setidaknya selusin anggota kabinet Israel, termasuk beberapa anggota partai Likud Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, berpartisipasi dalam sebuah konferensi yang menyerukan pembangunan kembali permukiman Israel di Gaza dan mendorong pemindahan warga Palestina yang tinggal di sana.
Bagi jutaan warga Palestina yang berada di bawah pendudukan, perluasan pemukiman dan perampasan tanah merupakan pengingat yang jelas akan berkurangnya prospek mereka untuk menentukan nasib sendiri.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Mantan PM: Israel Tidak Punya Pembelaan atas Tuduhan Kejahatan terhadap Warga Palestina