TEMPO.CO, Jakarta - Politico melaporkan pada Rabu, 29 Mei 2024, bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa ia "terkejut dan kecewa" karena pemerintahan Biden menolak untuk mendukung sanksi-sanksi terhadap ICC yang mengupayakan penangkapannya.
Sikap ini menandai pembalikan dari indikasi sebelumnya dari Menteri Luar Negeri Antony Blinken bahwa pemerintah akan mempertimbangkan sanksi sebagai tanggapan atas tindakan pengadilan.
Netanyahu mengkritik perubahan ini dalam sebuah wawancara baru-baru ini di The Morgan Ortagus Show, dengan mengatakan: "Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka akan, pada kenyataannya, mendukung RUU sanksi tersebut."
"Saya pikir itu masih merupakan posisi Amerika karena ada konsensus bipartisan beberapa hari yang lalu," tambahnya. "Sekarang Anda mengatakan ada tanda tanya [...] dan terus terang saya terkejut dan kecewa."
Sejak dimulainya perang di Gaza, kesenjangan antara kepemimpinan Israel dan AS tampaknya telah melebar secara drastis meskipun AS terus mempersenjatai genosida yang dipimpin Israel di Gaza.
Sementara pemerintahan Biden sedang mendiskusikan bagaimana menanggapi surat perintah penangkapan, Partai Republik mendukung RUU sanksi, sementara Partai Demokrat mempertimbangkan sikap mereka.
Biden pada awalnya mengutuk keputusan ICC sebagai "keterlaluan" namun kemudian memperingatkan agar tidak ada sanksi.
Awal bulan ini, anggota Kongres Elise Stefanik dan Chip Roy memperkenalkan RUU untuk memberikan sanksi kepada ICC karena telah menyelidiki warga negara AS dan sekutunya, termasuk Israel.
RUU tersebut mengusulkan pencabutan visa dan pemblokiran akses properti. Namun, Biden menentang sanksi terhadap pengadilan tersebut, dan lebih memilih langkah-langkah alternatif melalui kerja sama dengan Kongres.
Netanyahu membela Israel dari tuduhan menahan bantuan kemanusiaan dari Gaza dan menekankan dugaan upaya untuk melindungi warga sipil.
Sementara itu, kelompok-kelompok bantuan terus menuduh Israel menghalangi masuknya bantuan dan membuat kondisi kerja menjadi sangat tidak aman dan sulit.
Meskipun ada korban sipil, pemerintahan Biden mempertahankan dukungannya terhadap tindakan Israel di Gaza, menandakan tidak ada perubahan dalam kebijakan terhadap sekutunya itu.
Dalam catatan terkait, The Guardian melaporkan pada Selasa bahwa mantan kepala Mossad Yossi Cohen baru-baru ini mengancam mantan kepala jaksa penuntut ICC, Fatou Bensouda, untuk meninggalkan investigasi atas kejahatan perang Israel.
Laporan yang dibagikan kepada para pejabat ICC mengatakan bahwa Cohen dilaporkan telah mengatakan kepadanya, "Anda harus membantu kami dan membiarkan kami mengurus Anda. Anda tidak ingin terlibat dalam hal-hal yang dapat membahayakan keamanan Anda atau keluarga Anda."
Cohen dinilai menerapkan "taktik tercela" terhadap pejabat ICC karena perilakunya disamakan dengan "menguntit."
AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Kantor Kedutaan Besar Israel di Meksiko Jadi Sasaran Demonstran Pro-Palestina