Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss
Reporter
Dimas Kuswantoro
Editor
Dwi Arjanto
Sabtu, 11 Mei 2024 13:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - KTT Perdamaian Ukraina bulan depan, yang tampaknya merupakan upaya paling ambisius dalam beberapa tahun terakhir oleh Swiss yang netral untuk memediasi konflik besar, justru menunjukkan bagaimana kepentingan ekonomi dan keamanan Swiss semakin selaras dengan Eropa Barat daripada Rusia.
Ini merupakan pandangan dari para pendukung Swiss yang menginginkan kerja sama yang lebih erat dengan negara-negara Barat dan para penentang nasionalis yang mengatakan bahwa Swiss telah meninggalkan tradisi netralnya dan seharusnya membatasi ruang lingkup keterlibatannya di luar negeri.
Rusia tidak diundang ke pertemuan tanggal 15-16 Juni yang berlangsung di sebuah resor di tepi danau dekat pusat kota Lucerne, yang disetujui oleh Swiss pada bulan Januari untuk menjadi tuan rumah atas perintah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Alih-alih mengakhiri perang, pertemuan ini lebih bertujuan untuk mengurangi risiko-risiko yang berasal dari invasi Moskow ke Ukraina dan mencoba mengisolasi Rusia, menurut para diplomat Barat dan pakar kebijakan luar negeri Swiss.
Berkecamuk Lama
Dua tahun setelah perang Rusia-Ukraina, pertempuran di sepanjang garis depan masih terhenti. Seruan untuk penyelesaian yang dinegosiasikan telah berkembang, tetapi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menolak kemungkinan untuk menyerahkan wilayahnya dan secara langsung berunding dengan Rusia, dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah terbukti tidak dapat diandalkan bahkan jika kesepakatan dapat dicapai. Kelelahan perang di Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) lainnya juga mempersulit kemampuan mereka untuk terus mengamankan aliran bantuan militer dan ekonomi ke Ukraina.
Perkembangan Konflik
Baru-baru ini serangan rudal Rusia di kota Kharkiv, Ukraina timur laut, melukai dua orang dan membakar tiga rumah pada Jumat dini hari, kata para pejabat setempat.
Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, yang terletak hanya 30 km dari perbatasan Rusia, secara khusus terpapar serangan udara dan telah mengalami kerusakan parah ketika Moskow meningkatkan serangan udaranya dalam beberapa bulan terakhir.
Dua orang, termasuk seorang anak berusia 11 tahun, mengalami luka-luka akibat serangan udara, tulis Gubernur Oleh Syniehubov di aplikasi pesan Telegram.
Walikota Ihor Terekhov mengatakan bahwa sebuah rudal S-300 jatuh di kota itu, merusak 26 bangunan, menghancurkan dua di antaranya. Dia tidak menjelaskan bangunan-bangunan itu.
Seorang juru kamera Reuters di lokasi kejadian melihat api berkobar di tempat yang tampaknya adalah rumah-rumah penduduk saat fajar. Layanan darurat bergegas memadamkan api, bekerja di antara reruntuhan. Rusia meluncurkan dua rudal S-300/S-400 ke wilayah tersebut semalam, kata juru bicara angkatan udara Ukraina, Illya Yevlash, dalam sebuah siaran televisi. Tidak jelas di mana rudal kedua mendarat.
REUTERS | CFR
Pilihan editor: Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan