UNRWA Peringatkan Ada Upaya 'Berbahaya' Israel untuk Bubarkan Badan Tersebut
Reporter
Tempo.co
Editor
Ida Rosdalina
Jumat, 19 April 2024 09:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) telah memperingatkan bahwa upaya Israel untuk membongkarnya sementara bencana kemanusiaan sedang berlangsung di Jalur Gaza yang dibombardir dan dikepung akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan jika berhasil.
Berbicara di Dewan Keamanan PBB pada Rabu, 17 April 2024, Philippe Lazzarini mengatakan bahwa pekerjaan UNRWA sekarang lebih penting dari sebelumnya dan memohon perlindungan.
"Hari ini sebuah kampanye berbahaya untuk mengakhiri operasi UNRWA sedang berlangsung, dengan implikasi serius bagi perdamaian dan keamanan internasional," katanya kepada badan yang beranggotakan 15 negara tersebut dalam sebuah sesi yang diadakan oleh Yordania.
Hal ini, kata Lazzarini, terjadi ketika pengeboman tanpa henti dan "pengepungan tanpa ampun oleh Israel telah mengubah Gaza tanpa bisa dikenali", dengan anak-anak kecil yang sekarat akibat kekurangan gizi dan dehidrasi karena "kelaparan yang dibuat oleh manusia" semakin mengencangkan cengkeramannya di seluruh Jalur Gaza, di mana serangan-serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 33.899 orang sejak 7 Oktober.
"Di seberang perbatasan, makanan dan air bersih menunggu. Namun UNRWA tidak diberi izin untuk menyalurkan bantuan ini dan menyelamatkan nyawa," kata Lazzarini.
"Kemarahan ini terjadi meskipun ada perintah berturut-turut dari Mahkamah Internasional untuk meningkatkan aliran bantuan ke Gaza - yang dapat dilakukan jika ada kemauan politik yang cukup," tambahnya, seraya menyerukan kepada dewan untuk "membuat perbedaan".
Lazzarini mengatakan bahwa sementara permintaan UNRWA untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara berulang kali ditolak, kantor-kantornya dan para pegawainya di Gaza menjadi sasaran serangan, dengan total 178 personel UNRWA terbunuh sejak dimulainya perang.
Penjelasan ini diadakan saat UNRWA menghadapi tekanan atas tuduhan Israel bahwa 12 anggota stafnya berpartisipasi dalam serangan yang dipimpin oleh kelompok Palestina Hamas di dalam wilayah Israel pada 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.100 orang, dan sejumlah negara Barat telah memotong dana untuk badan tersebut.
"Hingga hari ini, Israel belum memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut baik kepada kepala UNRWA maupun sekretaris jenderal PBB," kata Gabriel Elizondo dari Al Jazeera, yang melaporkan dari markas besar PBB di New York.
"Namun demikian, sekretaris jenderal telah memerintahkan dua investigasi atas masalah ini. Salah satunya telah selesai dan hasilnya diharapkan akan diumumkan kepada publik pada Senin," tambahnya.
Banyak negara, terutama Amerika Serikat sebagai donor terbesar, belum mengembalikan pendanaan UNRWA selama apa yang disebut Lazzarini sebagai "perubahan seismik" di Timur Tengah.
<!--more-->
Pelanggaran HAM
Perwakilan Israel di PBB, Gilad Erdan, menyatakan bahwa UNRWA-lah - dan bukan Israel - yang "menciptakan lautan pengungsi Palestina, jutaan di antaranya, yang diindoktrinasi untuk meyakini bahwa Israel adalah milik mereka".
Namun Lazzarini mengingatkan bahwa badan PBB, yang didirikan setelah pembentukan Israel pada tahun 1948 sebagai solusi sementara untuk membantu lebih dari 700.000 orang Palestina yang diusir secara paksa dari rumah mereka, adalah satu-satunya organisasi yang mampu memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan dalam skala besar jika tidak ada solusi politik terhadap pengusiran warga Palestina.
Lazzarini berbicara tidak lama setelah badan PBB tersebut mengeluarkan laporan yang merinci berbagai pelanggaran terhadap warga Palestina yang ditahan oleh pasukan Israel, termasuk staf badan tersebut.
Laporan tersebut merinci kesaksian lebih dari 100 warga Palestina yang dibebaskan dari tahanan Israel. Pelanggaran termasuk tidak diberi makanan, air, atau akses ke toilet selama berjam-jam, sementara tangan dan kaki para tahanan diikat. Yang lainnya mengatakan bahwa mereka digeledah, dipukuli, dan diraba-raba secara tidak pantas.
Laporan tersebut mengatakan bahwa tindakan-tindakan tersebut dapat dianggap sebagai "kekerasan dan pelecehan seksual".
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, mengatakan bahwa Washington menyerukan penyelidikan atas masalah ini. Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah berulang kali mengatakan bahwa seruan sebelumnya dari AS - sekutu utama Israel - untuk melakukan investigasi semacam itu terbukti tidak memadai.
Dalam pertemuan Dewan Keamanan, delapan negara Eropa memberikan pernyataan bersama yang menjelaskan alasan mereka melanjutkan pendanaan.
"UNRWA adalah pilar stabilitas regional dan mercusuar harapan bagi jutaan anak-anak, perempuan dan laki-laki Palestina," ujar Duta Besar Luksemburg untuk PBB, Olivier Maes, dalam pernyataan bersama tersebut.
"[UNRWA] harus dipertahankan dan layak mendapatkan dukungan kolektif kita sampai ada solusi politik," tambah Maes.
Pernyataan tersebut juga menyampaikan "belasungkawa yang tulus" kepada 178 staf PBB yang telah terbunuh oleh militer Israel di Gaza sejak 7 Oktober lalu.
Sebelum pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan bahwa upaya Israel untuk membubarkan UNRWA sudah berlangsung bertahun-tahun.
"Jauh sebelum 7 Oktober, UNRWA telah menjadi target kampanye pembunuhan politik oleh pemerintah Israel yang ingin melakukan hal tersebut untuk membunuh isu pengungsi Palestina," katanya.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Kim Jong Un Rilis Lagu Baru, Puji Dirinya Ayah yang Ramah