Hamas Serahkan Proposal Gencatan Senjata Lengkap ke Mediator
Reporter
Nabiila Azzahra
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 15 Maret 2024 17:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hamas telah mengajukan proposal gencatan senjata Gaza kepada mediator. Pada tahap pertama, proposal itu mencakup pembebasan wanita, anak-anak, orang tua, dan sandera Israel yang sakit dengan imbalan pembebasan 700 hingga 1.000 tahanan Palestina.
Pembebasan tersebut akan mencakup 100 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup di penjara-penjara Israel. Hamas mengatakan pihaknya akan menyepakati tanggal gencatan senjata permanen setelah pertukaran sandera dan tahanan awal, menurut proposal tersebut.
Batas waktu penarikan Israel dari Gaza akan disepakati setelah tahap pertama, kata Hamas dalam proposalnya. Hamas menyatakan semua tahanan dari kedua belah pihak akan dibebaskan pada tahap kedua.
Proposal Hamas diajukan saat Israel terus menembaki warga Palestina di Gaza. Terbaru, militer Israel menembak kerumunan warga yang sedang menanti bantuan di Gaza.
Puluhan warga Palestina tewas setelah Israel menyerang kerumunan yang sedang mengantre distribusi bantuan kemanusiaan dalam dua insiden terpisah di Gaza. Media setempat melaporkan dua kejadian tersebut pada hari yang sama yaitu Kamis, 14 Maret 2024.
Dalam insiden pertama, setidaknya delapan orang tewas dalam serangan udara terhadap pusat distribusi bantuan di kamp Al Nuseirat di Jalur Gaza tengah, kata Kementerian Kesehatan Palestina. Kantor berita Palestina WAFA, mengutip sumber lokal, melaporkan bahwa beberapa orang lainnya menjadi korban luka-luka.
Kemudian, sedikitnya 20 orang tewas dan 155 orang terluka setelah Israel menembaki kerumunan orang yang sedang menunggu truk bantuan di bundaran Kuwait di Gaza utara, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Kantor berita Reuters melaporkan angka yang berbeda, yaitu 21 orang tewas dan lebih dari 150 orang terluka.
Para korban luka telah dilarikan ke Kompleks Medis Al Shifa, kata kementerian melalui akun Facebook resminya. Mereka mengatakan tim medis di sana kewalahan menangani para korban yang terinfeksi karena fasilitas medis dan sumber daya manusia tidak memadai.
Mengutip sumber lokal, WAFA melansir Israel menggunakan pesawat tempur dan drone untuk melancarkan tembakan dan rudal yang menargetkan kerumunan orang di bundaran Kuwait.
<!--more-->
Bundaran Kuwait di Kota Gaza merupakan tempat untuk pengiriman bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ditujukan ke Jalur Gaza utara, dengan persetujuan otoritas pendudukan Israel.
Jika ditotal, jumlah korban jiwa dari serangan Israel terhadap pusat distribusi bantuan di Gaza pada Kamis mencapai 28 orang.
Militer Israel membantah menyerang pusat-pusat bantuan dalam sebuah pernyataan, mengatakan laporan tersebut “salah”.
“Selagi IDF (Pasukan Pertahanan Israel) mengamati insiden tersebut dengan ketelitian yang layak, kami mendesak media untuk melakukan hal yang sama dan hanya mengandalkan informasi yang kredibel,” kata pernyataan itu.
Ini bukan pertama kalinya pasukan Israel dilaporkan menyerang warga sipil yang sedang mengantre untuk menerima bantuan kemanusiaan.
Sehari sebelumnya pada Rabu, 13 Maret, pasukan Israel menyerang pusat distribusi makanan milik badan bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di Rafah, Gaza selatan. Serangan itu menewaskan seorang anggota staf UNRWA dan membuat 22 lainnya luka-luka. UNRWA mengatakan Israel telah mengetahui koordinat pusat distribusi mereka sebelum menyerang.
Pada 29 Februari, otoritas kesehatan Palestina mengatakan pasukan Israel menembak mati lebih dari 100 warga Palestina saat mereka menunggu pengiriman bantuan di dekat Kota Gaza. Israel menyalahkan kematian tersebut pada kerumunan orang yang mengepung truk bantuan, dan mengklaim para korban tewas terinjak atau tertabrak.
REUTERS | WAFA
Pilihan editor: Empat Kandidat Akan Bertarung di Pemilu Rusia, Termasuk Putin