PM Albanese: Australia Tak Berencana Larang TikTok Seperti AS

Reporter

Tempo.co

Jumat, 15 Maret 2024 08:00 WIB

Logo TikTok terlihat di smartphone di depan logo ByteDance yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 27 November 2019. [REUTERS / Dado Ruvic / Illustration / File Photo]

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada Kamis mengatakan pemerintahnya tidak berencana melarang platform media sosial TikTok di negara itu seperti yang dilakukan Amerika Serikat.

Pada Rabu, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat meloloskan aturan yang mengharuskan TikTok memutus hubungan dengan perusahaan induknya yang berbasis di Cina, ByteDance, dalam waktu 180 hari. Jika tidak, platform tersebut dilarang beroperasi di AS.

Keputusan itu dibuat di tengah kekhawatiran tentang data pribadi dan pengaruh asing menjelang pemilihan Presiden AS pada November 2024.

"Kami tak punya rencana ke arah itu. Saya pikir Anda harus berhati-hati. Anda harus selalu melindungi keamanan nasional dari ancaman, tetapi Anda juga perlu memahami kepentingan banyak orang, (platform) ini memberi mereka cara berkomunikasi," kata Albanese dalam wawancara di radio WSFM.

Australia tidak memakai TikTok dalam kegiatan pemerintahan, kata dia.

Advertising
Advertising

Platform media sosial itu tengah dikaji secara menyeluruh oleh pemerintah AS karena diduga dimanfaatkan oleh pemerintah Cina untuk mengumpulkan data pengguna dan menyebarkan propaganda.

“Anda harus selalu mengedepankan masalah keamanan nasional,” katanya.

"Tetapi Anda juga perlu mengakui bahwa bagi banyak orang, hal ini memberikan cara mereka berkomunikasi sehingga kami belum mendapat saran pada tahap ini untuk melakukan hal tersebut."

Australia melarang TikTok dari perangkat pemerintah pada April 2023 – negara terakhir dari aliansi keamanan Five Eyes yang melakukan hal tersebut setelah Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Selandia Baru.

“Kami tidak menggunakan TikTok di telepon pemerintah dan itu adalah tindakan tepat yang kami terapkan,” kata Albanese.

Hubungan dagang Australia dengan Cina telah membaik sejak Partai Buruh berhaluan kiri-tengah Albanese memenangkan pemerintahan pada 2022, dengan nada yang tidak terlalu konfrontatif dibandingkan pemerintahan konservatif sebelumnya.

Cina memberlakukan tarif dan hambatan perdagangan terhadap ekspor utama Australia pada 2020, karena marah dengan tindakan-tindakan termasuk larangan Canberra terhadap Huawei dalam kontrak 5G dan seruannya untuk melakukan penyelidikan terhadap asal-usul pandemi Covid-19.

Beijing telah menghapuskan tarif dan pembatasan terhadap batu bara, kayu, dan jelai Australia, dan diperkirakan akan melakukan hal yang sama terhadap anggur Australia dalam beberapa minggu ke depan.

Pilihan Editor: DPR AS Sahkan Aturan yang Blokir TikTok

BARRON’S

Berita terkait

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

32 menit lalu

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

5 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Ini 3 Alasan Australia Tingkatkan Jumlah Minimum Tabungan untuk Visa Pelajar

10 jam lalu

Ini 3 Alasan Australia Tingkatkan Jumlah Minimum Tabungan untuk Visa Pelajar

Australia meningkatkan jumlah minimum tabungan untuk visa pelajar sebagai upaya menekan angka migrasi yang tinggi.

Baca Selengkapnya

Hentikan Sementara Pengiriman Senjata, Amerika Serikat Ingin Peringatkan Israel

11 jam lalu

Hentikan Sementara Pengiriman Senjata, Amerika Serikat Ingin Peringatkan Israel

Sumber mengatakan langkah penghentian sementara senjata ke Israel adalah untuk memperingatkan Tel Aviv jangan menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia Roadshow ke ITB

12 jam lalu

75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia Roadshow ke ITB

Dalam rangka memperingati 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia mengadakan acara acara "#AussieBanget University Roadshow" di ITB

Baca Selengkapnya

AS Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Khawatir Serangan ke Rafah

12 jam lalu

AS Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Khawatir Serangan ke Rafah

Amerika Serikat menghentikan pengiriman senjata yaitu 3.500 bom ke Israel pekan lalu, khawatir digunakan di Rafah.

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

13 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

14 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Migrasi ke Australia Kian Sulit, Batas Minimum Tabungan Visa Pelajar Dinaikkan Jadi Rp 313 Juta

15 jam lalu

Migrasi ke Australia Kian Sulit, Batas Minimum Tabungan Visa Pelajar Dinaikkan Jadi Rp 313 Juta

Australia memperketat migrasi dengan menaikkan batas tabungan untuk pelajar internasional.

Baca Selengkapnya

Beri Makan Gibran yang Kelaparan di Bogor, TikToker Asal Depok Malah Diancam Dipenjarakan

16 jam lalu

Beri Makan Gibran yang Kelaparan di Bogor, TikToker Asal Depok Malah Diancam Dipenjarakan

TikToker asal Depok diancam dipenjarakan akibat video memberi makan bocah yang kelaparan di Desa Rawa Panjang, Kabupaten Bogor viral di media sosial.

Baca Selengkapnya