India Siap Berlakukan Undang-undang Kontroversi soal Kewarganegaraan

Selasa, 12 Maret 2024 11:00 WIB

Para pengunjuk rasa memegang poster saat protes terhadap apa yang mereka sebut sebagai ujaran kebencian terhadap Muslim yang dilakukan oleh para pemimpin Hindu, di New Delhi, India, 27 Desember 2021. REUTERS/Adnan Abidi

TEMPO.CO, Jakarta - India berencana menerapkan undang-undang (UU) kewarganegaraan tahun 2019 meski kontroversial karena dinilai bersifat anti-muslim atau mengecualikan umat muslim India. Kementerian Dalam Negeri India mengumumkan langkah tersebut pada Senin, 11 Maret 2024, menjelang pemilihan umum di mana Perdana Menteri Narendra Modi akan kembali mencalonkan diri.



Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan (CAA) mengatur pemberian kewarganegaraan India kepada umat Hindu, Parsi, Sikh, Buddha, Jain dan Kristen yang melarikan diri ke India karena persekusi agama dari Afghanistan, Bangladesh dan Pakistan. Aturan berlaku bagi mereka yang melarikan diri ke India sebelum 31 Desember 2014.


Undang-undang tersebut mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk proses naturalisasi kewarganegaraan dari 12 tahun menjadi enam tahun. Penerapan CAA telah menjadi salah satu janji utama Partai Bharatiya Janata (BJP), yakni partai nasionalis Hindu pimpinan Modi yang berkuasa menjelang pemilu pada Mei 2024.



Menteri Dalam Negeri India Amit Shah mengatakan di media sosial X, Modi telah memenuhi komitmen dan merealisasikan janji membuat konstitusi India kepada umat Hindu, Sikh, Budha, Jain, Parsi dan Kristen yang tinggal di negara-negara tersebut. Beleid itu akan mengubah UU kewarganegaraan India yang berlaku sekarang, yang mencegah migran ilegal menjadi warga negara India. Pemerintah India belum memberikan tanggal kapan perubahan undang-undang tersebut akan berlaku.


Pemerintahan Modi tidak segera menerapkan undang-undang tersebut setelah diberlakukan pada Desember 2019 lalu. Sebab ketika itu, masyarakat protes besar-besaran di penjuru India untuk menentang aturan itu beserta Daftar Nasional Warga Negara India (NRC).

Advertising
Advertising



Daftar tersebut bertujuan mendokumentasikan semua warga negara legal India sehingga para imigran ilegal dapat diidentifikasi dan dideportasi. Tiap individu perlu menyediakan serangkaian dokumen tertentu sebelum tenggat waktu untuk dimasukkan ke dalam daftar.



Kelompok-kelompok HAM dan muslim mengatakan CAA, ditambah dengan sistem NRC, berpotensi mendiskriminasi 200 juta umat muslim di India – populasi muslim terbesar ketiga di dunia. Beberapa pihak khawatir pemerintah akan menghapus kewarganegaraan umat Islam yang tidak memiliki dokumen di beberapa negara bagian.



UU yang akan diterapkan tidak menyebutkan umat Islam dan komunitas lain yang melarikan diri dari negara-negara yang sama atau negara tetangga lainnya. Pengungsi Tamil asal Sri Lanka di India, pengungsi Rohingya dari Myanmar, dan pengungsi Tibet juga tidak disebutkan dalam UU tersebut.



Pemerintah India menyangkal undang-undang tersebut bersifat anti-muslim, dan mengatakan aturan tersebut diperlukan untuk membantu kelompok minoritas yang menghadapi persekusi di negara-negara mayoritas muslim. Mereka mengatakan undang-undang tersebut dimaksudkan untuk memberikan kewarganegaraan, bukan merampasnya dari siapa pun, dan menyebut protes-protes terhadapnya bermotif politik.



REUTERS

Pilihan editor: Ukraina Tolak Seruan Paus Fransiskus untuk Negosiasi dengan Rusia

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Turis India ke Maladewa Turun 42 Persen gegara Aksi Boikot

1 hari lalu

Turis India ke Maladewa Turun 42 Persen gegara Aksi Boikot

India adalah pangsa pasar pariwisata terbesar Maladewa pada 2023, dengan lebih dari 11 persen dari 1,8 juta kunjungan wisatawan

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Sebut Prabowo Bisa Langgar UU Jika Tambah Kementerian

2 hari lalu

Pakar Hukum Sebut Prabowo Bisa Langgar UU Jika Tambah Kementerian

Rencan Prabowo menambah jumlah kementerian dari 34 menjadi 40 akan melanggar Undang-Undang Kementerian Negara.

Baca Selengkapnya

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

2 hari lalu

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

Joe Biden menyebut xenophobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di tiga negara ekonomi terbesar di Asia tersebut.

Baca Selengkapnya

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

2 hari lalu

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

Joe Biden mengatakan xenophobia di Cina, Jepang dan India menghambat pertumbuhan di masing-masing negara, sementara migrasi berefek baik bagi ekonomi.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

2 hari lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

6 Tips Solo Traveling ke India, Keselamatan jadi Prioritas

4 hari lalu

6 Tips Solo Traveling ke India, Keselamatan jadi Prioritas

Pemberitaan tentang tingkat kriminalitas di India membuat banyak pelancong yang berpikir ulang untuk melakukan solo traveling ke sana.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

4 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

4 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

5 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

5 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya