Ribuan Dokter di Korea Selatan Mogok Massal, Operasi untuk Pasien Dibatalkan

Reporter

Tempo.co

Kamis, 22 Februari 2024 14:16 WIB

Ratusan dokter di Korea Selatan berunjuk rasa di luar gedung parlemen memprotes rencana pemerintah yang akan menambah lagi tenaga medis sampai 10 tahun ke depan. Sumber: Reuters/asiaone.com

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah operasi termasuk pengobatan untuk pasien kanker di Korea Selatan ditunda pada Rabu, 21 Februari 2024. Penundaan operasi karena ribuan dokter di Korea Selatan ramai-ramai mengundurkan diri karena rencana pemerintah melakukan reformasi.

Lebih dari 8.800 dokter junior, sekitar 71 persen dari tenaga kerja peserta pelatihan, kini telah berhenti, kata Wakil Menteri Kesehatan Kedua Seoul Park Min-soo. Mereka memprotes rencana pemerintah untuk meningkatkan jumlah siswa di sekolah kedokteran.

Pemerintah Korea Selatan mengatakan reformasi ini penting, mengingat rendahnya jumlah dokter di negara tersebut dan cepatnya populasi yang menua. Rencana ini ditentang para dokter dengan alasan bahwa perubahan tersebut akan merugikan penyediaan layanan dan kualitas pendidikan.

Para dokter khawatir bahwa reformasi tersebut dapat mengikis gaji dan prestise sosial mereka. Padahal rencana pemerintah menambah dokter baru tersebut mendapat dukungan luas dari masyarakat Korea Selatan, terutama mereka yang berada di daerah terpencil. Di pedesaan, layanan kesehatan yang berkualitas seringkali tidak dapat diakses.

Park mengatakan pada Rabu bahwa 7.813 dokter peserta pelatihan belum masuk kerja. Jumlahnya meningkat hampir lima kali lipat dari hari pertama aksi pada Senin. Pemerintah telah memerintahkan banyak dari dokter muda itu untuk kembali ke rumah sakit .

Advertising
Advertising

“Panggilan dasar para profesional medis adalah untuk melindungi kesehatan dan kehidupan masyarakat, dan tindakan kelompok apa pun yang mengancam hal ini tidak dapat dibenarkan,” kata Park.

Pemogokan para dokter merupakan pelanggaran hukum Korea Selatan. "Para pekerja medis tidak dapat menolak perintah kembali bekerja tanpa alasan yang dapat dibenarkan," ujarnya.

Rumah sakit umum Korea Selatan sangat bergantung pada peserta pelatihan untuk operasi dan pembedahan darurat. Media setempat menyatakan pasien kanker dan ibu hamil yang memerlukan operasi caesar tak dapat mengakses layanan ini. Operasi ditunda atau dibatalkan sehingga ada beberapa kasus yang menyebabkan pasien bertambah parah sakitnya.

Hong Jae-ryun, seorang pasien kanker otak berusia 50-an dari Daegu, mengatakan bahwa kemoterapinya telah ditunda tanpa tanggal yang jelas karena situasi saat ini. Padahal kanker telah menyebar ke paru-paru dan hatinya.

"Ini tidak masuk akal. Di tengah konflik antara pemerintah dan dokter, apa yang bisa dikatakan oleh pasien yang tidak berdaya? Rasanya seperti pengkhianatan," kata Hong.

“Ketika tidak ada orang yang bisa dipercaya dan diandalkan selain dokter, rasanya berlebihan jika menangani hal-hal dengan cara seperti ini.”

Sekelompok pasien dengan penyakit parah, termasuk kanker dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS), mengatakan mereka mengalami hari-hari yang sangat menyakitkan. "Kami putus asa setiap menit dan detiknya. Pasien yang sakit parah memerlukan perawatan segera," kata mereka.

"Kami dengan sungguh-sungguh meminta para dokter peserta pelatihan yang telah meninggalkan rumah sakit untuk kembali ke bidang medis sesegera mungkin."

Pada hari Rabu, sekelompok dokter yang berpraktik di Provinsi Gyeonggi melancarkan protes di pusat kota Seoul.

Mereka mengenakan ikat kepala merah bertuliskan "(Kami) sangat menentang perluasan penerimaan sekolah kedokteran" dan membentangkan spanduk bertuliskan "Hentikan kebijakan perawatan kesehatan populis yang didorong oleh cendekiawan dan birokrat sosialis kiri".

Pemerintah mengancam akan menangkap para dokter yang memimpin aksi mogok tersebut. Menurut para dokter, masalah sebenarnya adalah gaji dan kondisi kerja.

Park Dan, ketua Asosiasi Magang dan Penduduk Korea yang ikut serta dalam protes itu mengatakan bersedia ditangkap agar tuntutan para dokter didengar. “Semua orang marah dan frustrasi, jadi kami semua meninggalkan rumah sakit. Tolong dengarkan suara kami,” katanya dalam sebuah wawancara radio. Ia menambahkan bahwa mereka terbuka untuk berdialog jika pemerintah siap mendengarkan tuntutan mereka.

CHANNEL NEWS ASIA | REUTERS

Pilihan editor: Israel Ubah Kantin Jadi Penjara, Kewalahan Tampung Tahanan Palestina

Berita terkait

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

8 jam lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya

Perkosa Bayi Berusia 5 Hari, Pria Brasil Dibekuk Polisi

10 jam lalu

Perkosa Bayi Berusia 5 Hari, Pria Brasil Dibekuk Polisi

Selain kasus bayi diperkosa, pria Brasil ini juga sedang menghadapi penyelidikan atas percobaan pemerkosaan terhadap seorang remaja

Baca Selengkapnya

7 Pasien Dipulangkan, RS Bhayangkara Brimob Masih Rawat 5 Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

1 hari lalu

7 Pasien Dipulangkan, RS Bhayangkara Brimob Masih Rawat 5 Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Brimob AKBP Taufik Ismail mengatakan 7 pasien korban kecelakaan bus SMK Lingga Kencana dibolehkan pulang.

Baca Selengkapnya

Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

1 hari lalu

Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

Selain teknologi drone, mahasiswa STIK Polri juga mempelajari forensik untuk mencari barang bukti penyebab terjadinya pembunuhan.

Baca Selengkapnya

7 Korban Luka Berat Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana Dirawat di ICU RSUI

2 hari lalu

7 Korban Luka Berat Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana Dirawat di ICU RSUI

Direktur Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Astuti Giantini mengungkapkan pihaknya merawat 7 korban kecelakaan bus SMK Lingga Kencana yang mengalami luka berat.

Baca Selengkapnya

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

2 hari lalu

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

Anggota Majelis Nasional Korea Selatan Kim Gi-Hyeon menilai Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) adalah sosok revolusioner

Baca Selengkapnya

Jaksa Interogasi Pendeta Pemberi Hadiah Tas Mewah Ibu Negara Korea Selatan

3 hari lalu

Jaksa Interogasi Pendeta Pemberi Hadiah Tas Mewah Ibu Negara Korea Selatan

Kejaksaan Korea Selatan menginterogasi pendeta yang diam-diam merekam dirinya menyerahkan tas tangan mewah merk Dior kepada Ibu Negara Kim Keon Hee

Baca Selengkapnya

6 Dampak Fatal yang Berpotensi Terjadi saat Cabut Gigi

3 hari lalu

6 Dampak Fatal yang Berpotensi Terjadi saat Cabut Gigi

Cabut gigi memang direkomendasikan untuk membasmi gigi rudak yang sudah tidak dapat diselamatkan lagi, namun, untuk melakukannya perlu berkonsultasi dengan dokter gigi agar risiko fatal tidak terjadi

Baca Selengkapnya

Mengenal Iroha Member Termuda Girl Group ILLIT Asal Jepang

3 hari lalu

Mengenal Iroha Member Termuda Girl Group ILLIT Asal Jepang

Grup idol ILLIT sedang naik daun setelah merilis debut pertama mereka lewat lagu berjudul Magnetic. Membernya tak semua asal Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Reroll di Game Solo Leveling: Arise

5 hari lalu

Begini Cara Reroll di Game Solo Leveling: Arise

Pemain Solo Leveling: Arise mengambil peran Sung Jinwoo dan banyak pemburu lainnya, bertarung melawan makhluk-makhluk yang berkeliaran di kota.

Baca Selengkapnya