Sejak Serangan 7 Oktober, Jumlah Tahanan Palestina di Israel Bertambah

Reporter

Tempo.co

Senin, 19 Februari 2024 19:30 WIB

Seorang tahanan Palestina memeluk ibunya setelah dibebaskan di tengah kesepakatan pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel, di Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki Israel, 1 Desember 2023. Layanan Penjara Israel telah membebaskan 30 warga Palestina dari penjara-penjara Israel. REUTERS/Ammar Awad

TEMPO.CO, Jakarta - Dua lembaga yakni Commission of Detainees’ Affairs dan the Palestinian Prisoner Society pada Sabtu, 17 Februari 2024, mengumumkan jumlah tahanan Palestina di Tepi Barat naik sejak serangan 7 Oktober 2023. Warga Palestina yang ditahan oleh Israel bertambah menjadi 7.060 orang setelah ada tambahan 20 orang.

“Militer Israel menahan setidaknya 20 warga Palestina di Tepi Barat dalam tempo 24 jam, termasuk perempuan, mantan tahanan dan anggota keluarga korban penembakan di Yerusalem,” demikian keterangan bersama yang diterbitkan Commission of Detainees’ Affairs dan the Palestinian Prisoner Society.

Sebagian besar penangkapan terjadi di wilayah Hebron, Ramallah, Yerusalem, Nablus, Jenin dan Salfit. Dua lembaga tersebut menyoroti buruknya penyiksaan yang dilakukan, pemukulan, ancaman pada anggota keluarga para tahanan, sabotase, pengerusakan rumah-rumah warga, penyitaan uang dan kendaraan warga .

Advertising
Advertising

Menurut data dari kedua lembaga tersebut, sampai akhir Januari 2024 jumlah tahanan Palestina di penjara-penjara Israel sudah lebih dari 9 ribu orang. Dari jumlah itu, 3.484 tahanan administratif dan 606 masuk kategori pejuang non-reguler yang ditahan dari Gaza.

Penahanan administratif adalah hukuman penjara berdasarkan perintah militer Israel atas tuduhan ancaman keamanan, namun tidak ada surat dakwaan. Penahanan ini bisa diperpanjang sampai enam bulan atau sering pula diperbaharui lagi.

Mahkamah Internasional atau ICC memutuskan Israel telah melakukan genosida. Dalam putusan internal pada Januari 2024, Tel Aviv diperintahkan menghentikan segala tindakan genosida dan mengambil kebijakan untuk menjamin bantuan kemanusiaan yang ditujukan untuk warga sipil Gaza.

Sedangkan Kabinet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu, 18 Februari 2024, sudah menerbitkan sebuah deklarasi yang mengkonfirmasi penolakan pada keputusan internasional mengenai perjanjian permanen dengan warga Palestina, khususnya soal pengakuan Palestina sebagai negara. Sebab langkah seperti itu sama dengan memberi kado besar pada teroris.

Netanyahu pun berulang kali bersumpah akan melanjutkan perang hingga kemenangan penuh diraih, warga negara Israel yang disandera kelompok Hamas dibebaskan dan pemimpin Hamas tewas. Netanyahu pun berjanji menentang segala bentuk upaya untuk mengakhiri perang yang hanya meninggalkan kemungkinan terbentuknya kembali Hamas.

Sumber: middleeastmonitor.com

Pilihan editor: Menteri di Israel Kompak Tolak Pembentukan Negara Palestina

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Israel dan Mesir Saling Tuduh Perkara Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

4 jam lalu

Israel dan Mesir Saling Tuduh Perkara Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Israel dan Mesir saling menyalahkan atas penutupan penyeberangan Rafah, yang menjadi titik penting masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

5 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyerahkan paket bantuan senjata untuk Israel senilai USD1 miliar (Rp16 triliun)

Baca Selengkapnya

ICJ akan Gelar Sidang Serangan Israel ke Rafah Pekan Ini

11 jam lalu

ICJ akan Gelar Sidang Serangan Israel ke Rafah Pekan Ini

Pengadilan tinggi PBB (ICJ) menggelar sidang atas permintaan Afrika Selatan agar Israel dipaksa menghentikan serangan ke Rafah

Baca Selengkapnya

PM Qatar Sebut Negosiasi Gencatan Senjata Buntu setelah Serangan Israel di Rafah

14 jam lalu

PM Qatar Sebut Negosiasi Gencatan Senjata Buntu setelah Serangan Israel di Rafah

Perdana Menteri Qatar mengatakan negaranya akan terus melakukan mediasi antara Hamas dan Israel.

Baca Selengkapnya

Begini Metode Penyiksaan Israel yang Mengerikan terhadap Tahanan Palestina

22 jam lalu

Begini Metode Penyiksaan Israel yang Mengerikan terhadap Tahanan Palestina

Penyiksaan terhadap para tahanan Palestina dilakukan hanya karena dendam dan tidak dimaksudkan untuk pengumpulan informasi intelijen.

Baca Selengkapnya

HRW: Delapan Serangan Israel Tewaskan dan Lukai 31 Petugas Kemanusiaan di Gaza

22 jam lalu

HRW: Delapan Serangan Israel Tewaskan dan Lukai 31 Petugas Kemanusiaan di Gaza

HRW melaporkan Israel telah membunuh atau melukai sedikitnya 31 pekerja kemanusiaan di Gaza sejak Oktober dalam setidaknya delapan serangan.

Baca Selengkapnya

Palang Merah Buka Rumah Sakit dengan Kapasitas 60 Tempat Tidur di Gaza

22 jam lalu

Palang Merah Buka Rumah Sakit dengan Kapasitas 60 Tempat Tidur di Gaza

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) membuka rumah sakit dengan kapasitas 60 tempat tidur di Rafah, Gaza selatan.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

23 jam lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

Tujuh Bulan Perang Lenyapkan Hamas, Apakah Israel Gagal?

1 hari lalu

Tujuh Bulan Perang Lenyapkan Hamas, Apakah Israel Gagal?

Netanyahu bersumpah untuk melenyapkan Hamas, namun tujuh bulan berperang, sumpah itu belum juga terwujud.

Baca Selengkapnya

Pemimpin Hizbullah Ancam Penduduk Israel Tak Bisa Pulang jika Serangan di Gaza Berlanjut

1 hari lalu

Pemimpin Hizbullah Ancam Penduduk Israel Tak Bisa Pulang jika Serangan di Gaza Berlanjut

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan kelompoknya akan terus memerangi Israel selama serangan di Gaza berlanjut.

Baca Selengkapnya