Jerman Tak Mau Tanggung Biaya Pertahanan Ukraina Sendirian

Reporter

Tempo.co

Kamis, 25 Januari 2024 15:00 WIB

Militer Ukraina menembakkan senjata self-propelled 2S7 Pion ke posisi di wilayah Donetsk, saat serangan Rusia ke Ukraina berlanjut, Ukraina 26 Agustus 2022. 2S7 Pion howitzer self-propelled era Perang Dingin akhir yang berasal dari Rusia yang mulai beroperasi pada tahun 1975. REUTERS/Sofiia Gatilova

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner blak-blakan bahwa Jerman tidak bisa sendirian menanggung biaya pertahanan Ukraina sehingga negara anggota Uni Eropa lainnya perlu ikut berkontribusi. Masalah pendanaan untuk Ukraina mencuat menyusul terhentinya bantuan dari Amerika Serikat dan Kyev sementara itu menuntut pengiriman senjata ditambah buntut dari serangan balasan Ukraina yang gagal.

Jerman tidak bisa berbuat lebih banyak untuk membantu Ukraina sehingga negara lain bisa membantu lebih sedikit,” kata Lindner dalam sebuah acara pada Selasa, 23 Januari 2024.

Ekonomi Jerman pada akhir tahun lalu anjlok sebanyak 0.3 persen. Data Federal Statistical Office (Destatis) memperlihatkan risiko ekonomi Jerman mengalami kontraksi, meningkat dalam area euro yang lebih luas.

Advertising
Advertising

Sejak awal Januari 2024, terjadi gelombang unjuk rasa di Jerman, dimana para petani memblokade sejumlah jalan termasuk jalan tol setelah Berlin mengumumkan memangkas subsidi pertanian Jerman. Keputusan itu diambil tak lama setelah Berlin merinci rencana melipat-gandakan dukungan ke Ukraina pada 2024.

Pada akhir pekan lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan Jerman akan menggelontorkan lebih dari 7 miliar euro (Rp 120 triliun) bantuan militer ke Ukraina sepanjang 2024. Pada periode Februari 2022 - November 2023, Berlin memberikan bantuan ke Kyev hampir USD23 mliar (Rp 363 triliun) lewat Kiel Institute for World Economy. Total bantuan yang sudah digelontorkan itu membuat Jerman negara terbesar kedua yang berkontribusi ke Ukraina setelah Amerika Serikat.

“Kami menyerukan pada negara-negara sekutu di Uni Eropa untuk memperkuat upaya mereka dalam mendanai militer Kyev. Kami pun menyesalkan ada beberapa negara yang bersikap keras dalam mendukung Ukraina,” kata Kanselir Scholz. Meski demikian, Scholz sangat yakin Uni Eropa mau menyetujui paket dana bantuan total senilai 50 miliar euro (Rp861 triliun) untuk Ukraina dalam sebuah rapat darurat pada 1 Februari 2024.

Sedangkan Washington pada akhir pekan lalu mengkonfirmasi bantuan yang dikucurkan Amerika Serikat untuk Ukraina terhenti karena sengketa politik antara politikus Partai Republik dan Partai Demokrat. Paket bantuan dalam bentuk persenjataan dan peralatan militer senilai USD60 miliar (Rp 949 triliun) sudah diblokade oleh GOP yang menuntut Presiden Joe Biden mengatasi masalah imigran ilegal sebelum paket bantuan yang diminta, dikucurkan

Sumber : RT.com

Pilihan editor: Moskow Lepas Tangan Hubungan Rusia dan Amerika Serikat di Titik Terendah

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Kota Metropolitan di Jerman yang Nyaman Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

16 jam lalu

Kota Metropolitan di Jerman yang Nyaman Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

Tidak hanya di Jerman, Munich juga kota yang paling nyaman berjalan kaki di Eropa

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

2 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: ICC Didesak Tangkap Netanyahu, Marak Aksi Blockout 2024

2 hari lalu

Top 3 Dunia: ICC Didesak Tangkap Netanyahu, Marak Aksi Blockout 2024

Top 3 dunia adalah ICC didesak tiga negara tangkap Netanyahu, Kemlu AS minta kongres evaluasi bantuan ke Israel hingga aksi blockout selebritas.

Baca Selengkapnya

Biden Siapkan Bantuan Militer Baru buat Israel

2 hari lalu

Biden Siapkan Bantuan Militer Baru buat Israel

AS akan mengirim amunisi tank dan kendaraan taktis untuk Israel meskipun Biden sebelumnya menghentikan penggunaan bom atas serangan Rafah.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

2 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

3 hari lalu

Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

Dubes Jerman untuk Indonesia menjelaskan tentang UU terbaru yang diterapkan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

3 hari lalu

Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 14 Mei 2024 diawali oleh alasan 9 negara menolak Palestina menjadi anggota penuh PBB.

Baca Selengkapnya

Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

3 hari lalu

Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

Berikut peraturan baru untuk mempermudah proses mencari kerja di Jerman bagi warga negara di luar Uni Eropa.

Baca Selengkapnya

Jerman Berminat Investasi dan Penasaran dengan IKN

4 hari lalu

Jerman Berminat Investasi dan Penasaran dengan IKN

Dubes Jerman Ina Lepel mengatakan ada minat dari negaranya untuk berinvestasi di IKN.

Baca Selengkapnya

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

4 hari lalu

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza

Baca Selengkapnya