AS dan Sekutu Kecam Kerja Sama Militer Korea Utara-Rusia, Dibawa ke DK PBB

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Rabu, 10 Januari 2024 11:25 WIB

Seorang pria memotret bagian-bagian dari rudal tak dikenal, yang diyakini pihak berwenang Ukraina dibuat di Korea Utara dan digunakan dalam serangan di Kharkiv awal pekan ini, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di Kharkiv, Ukraina 6 Januari 2024. REUTERS/Vyacheslav Madiyevskyy

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dan sekutunya mengecam transfer senjata antara Korea Utara dan Rusia, termasuk apa yang mereka sebut sebagai pengadaan rudal balistik Korea Utara oleh Rusia dan penggunaan rudal tersebut oleh Moskow untuk melawan Ukraina pada 30 Desember 2023 dan 2 Januari 2024.

“Kami sangat prihatin dengan dampak keamanan kerja sama militer ini di Eropa, di Semenanjung Korea, di kawasan Indo-Pasifik, dan di seluruh dunia,” demikian bunyi pernyataan bersama AS dan Sekutu, Selasa, 9 Januari 2024. Pernyataan tersebut ditandatangani oleh AS, Inggris, UE, Australia, Jerman, Kanada, dan hampir 40 negara mitra lainnya.

“Kami mengutuk keras ekspor (Korea Utara) dan pengadaan rudal balistik (Korea Utara) oleh Rusia, serta penggunaan rudal tersebut oleh Rusia terhadap Ukraina pada 30 Desember 2023 dan 2 Januari 2024,” pernyataan bersama tersebut ditambahkan.

Hubungan Moskow dan Pyongyang semakin dekat sejak awal konflik di Ukraina, meski mereka menyangkal membuat kesepakatan senjata apa pun. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dengan Presiden Vladimir Putin di wilayah Timur Jauh Rusia pada September 2023 dan para pejabat senior Rusia melakukan beberapa kunjungan ke Pyongyang.

Pekan lalu Gedung Putih mengatakan Rusia telah menggunakan rudal balistik jarak pendek (SRBM) yang bersumber dari Korea Utara untuk menyerang Ukraina, mengutip data intelijen yang baru dibuka. Seorang pejabat senior Ukraina kemudian menguatkan pernyataan tersebut.

Ditanya tentang tuduhan tersebut selama panggilan telepon dengan wartawan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Selasa mengatakan, "Tidak ada komentar."

Rusia menyerang Kharkiv dengan beberapa rudal pekan lalu, menewaskan dua orang dan melukai lebih dari 60 orang dalam salah satu serangan rudal dan drone terbesarnya sejak dimulainya perang skala besar pada Februari 2022.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan Washington akan mengangkat kesepakatan senjata antara Rusia dan Korea Utara di Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu ini dan menuntut "Rusia bertanggung jawab."

Korea Utara berada di bawah embargo senjata PBB sejak pertama kali melakukan uji coba bom nuklir pada 2006.

Resolusi Dewan Keamanan PBB – yang disetujui dengan dukungan Rusia – melarang negara-negara memperdagangkan senjata atau peralatan militer lainnya dengan Korea Utara.

REUTERS

Advertising
Advertising

Pilihan Editor Raja Malaysia Pertimbangkan Pengampunan terhadap Mantan PM Najib Razak

Berita terkait

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

3 jam lalu

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

Harrison Mann, perwira Angkatan Darat Amerika Serikat mengumumkan mundur sebagai protes atas dukungan Washington terhadap perang Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kisah Royal Enfield Sebelum Memproduksi Motor di India

4 jam lalu

Kisah Royal Enfield Sebelum Memproduksi Motor di India

Sebelum membuat motor, Royal Enfield memproduksi sejumlah produk di bawah tanah

Baca Selengkapnya

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

9 jam lalu

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

Sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB, 9 negara menolak dan 25 negara lain abstain. Apa alasan mereka menolak?

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

9 jam lalu

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gedung Putih membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Warga Palestina yang tewas di Gaza sudah lebih dari 35.000 orang.

Baca Selengkapnya

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

14 jam lalu

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza

Baca Selengkapnya

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

22 jam lalu

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

Mantan pilot Marinir AS yang menentang ekstradisi dari Australia, tanpa sadar bekerja dengan seorang peretas Tiongkok, kata pengacaranya.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

23 jam lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

1 hari lalu

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

Antony Blinken memperingatkan serangan Israel bisa memicu sebuah pemberontakan.

Baca Selengkapnya

Kekayaan Pendiri Google Mencapai Bilangan Kuadriliun, Berapa Triliun?

1 hari lalu

Kekayaan Pendiri Google Mencapai Bilangan Kuadriliun, Berapa Triliun?

Gabungan kekayaan pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin mencapai kuadriliun. Berapa triliun banyaknya?

Baca Selengkapnya

Ajang Balap Formula 1 Pertama Diadakan 74 Tahun Lalu, Siapa Juaranya?

1 hari lalu

Ajang Balap Formula 1 Pertama Diadakan 74 Tahun Lalu, Siapa Juaranya?

Formula 1 pertama di Sirkuit Silverstone, Inggris dimenangkan oleh Guiseppe Farina, berikut profilnya

Baca Selengkapnya