Presiden Xi Jinping Ingin Kebijakan Luar Negeri Cina Makin Kuat

Reporter

Daniel A. Fajri

Editor

Ida Rosdalina

Rabu, 29 November 2023 06:40 WIB

Presiden Cina Xi Jinping menghadiri sesi pleno KTT BRICS 2023 di Sandton Convention Center di Johannesburg, Afrika Selatan pada 23 Agustus 2023. GIANLUIGI GUERCIA/Pool via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Cina Xi Jinping menyerukan supremasi hukum yang lebih kuat terkait urusan luar negeri. Ia menyinggung risiko dan tantangan eksternal makin kencang, seiring Cina membuka diri terhadap dunia luar.

Xi menyampaikan ini saat berbicara dalam sesi studi di biro politik Partai Komunis di Beijing pada Senin, 27 November 2023. Ia mengatakan bahwa untuk melindungi warga negara dan kepentingannya di luar negeri, perlu untuk memperdalam kerja sama internasional dalam penegakan hukum, Ia juga menyoroti perlunya memperkuat perlindungan dan bantuan konsuler, dan membangun supremasi hukum yang kuat.

“Penting untuk meningkatkan kesadaran kepatuhan dan membimbing masyarakat dan perusahaan untuk mematuhi hukum, peraturan dan kebiasaan dalam proses ‘menjadi global’,” kata Xi dikutip Reuters dari Media Pemerintah Cina pada Selasa, 28 November 2023.

Perusahaan swasta Cina telah menghadapi tantangan hukum di luar negeri dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya tuduhan Amerika Serikat atas barang palsu dan bajakan yang dijual di platform online milik Tencent Holdings dan Alibaba Group. Contoh lain langkah-langkah untuk melarang video TikTok aplikasi, yang dimiliki oleh perusahaan teknologi Cina ByteDance, di Nepal.

Untuk memfasilitasi pertukaran ekonomi dan perdagangan, pihak berwenang mengatakan firma hukum Cina telah mendirikan 180 kantor di luar negeri di 35 negara dan wilayah. Angkat tersebut meningkat hampir 50 persen sejak 2018.

Advertising
Advertising

Xi mengatakan Cina perlu secara aktif mengembangkan layanan hukum terkait asing dan mengembangkan lembaga arbitrase dan firma hukum kelas dunia.

Pihak berwenang di beberapa negara Barat, termasuk AS, Kanada, Inggris, dan Belanda, menuduh Cina secara ilegal mendirikan “pusat layanan polisi luar negeri” untuk memantau warga negaranya di luar negeri. Tuduhan ini dibantah keras oleh Beijing.

Cina mengatakan pusat-pusat tersebut dimaksudkan untuk membantu warganya memperbarui surat izin mengemudi yang sudah habis masa berlakunya, dan dijalankan oleh sukarelawan Cina, bukan aparat penegak hukum.

Seruan untuk lebih melindungi warga negara di luar negeri bertepatan dengan pecahnya konflik baru-baru ini di negara-negara seperti Ukraina dan Sudan yang menyebabkan Cina mengorganisasi evakuasi warganya.

Cina telah mengatur hampir 20 evakuasi dan menangani lebih dari 500.000 kasus perlindungan konsuler yang melibatkan jutaan warganya selama dekade terakhir, menurut kementerian luar negeri.

DANIEL A. FAJRI

Pilihan Editor: Menlu Retno Marsudi Sorot Standar Ganda terhadap Palestina di Sidang Umum PBB

Berita terkait

Cerita Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Lapor Polisi, Alami Kerugian Rp 30 Juta

3 jam lalu

Cerita Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Lapor Polisi, Alami Kerugian Rp 30 Juta

Program pendidikan yang dia ikuti itu akan dilaksanakan di Philippine Women's University pada 2024 di Manila dengan skema beasiswa parsial doktoral.

Baca Selengkapnya

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

3 jam lalu

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

Perlambatan perekonomian di Cina memberi dampak ke Indonesia. Sebab sasaran pasar terbesar untuk kegiatan ekspor komoditas alam berada di Cina

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

12 jam lalu

Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

Terpopuler: Jokowi memberlakukan kelas standar untuk rawat inap pasien BPJS Kesehatan, Muhammadiyah tanggapi bagi-bagi izin tambang untuk Orman.

Baca Selengkapnya

Huawei Vs Amerika: Pura 70 Pro Gunakan Komponen Lokal Cina Lebih Banyak

21 jam lalu

Huawei Vs Amerika: Pura 70 Pro Gunakan Komponen Lokal Cina Lebih Banyak

Smartphone Huawei seri Pura 70 dinilai hampir menjadi simbol kemandirian Cina menghadapi tekanan sanksi dari Amerika. Chip masih titik terlemah.

Baca Selengkapnya

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

22 jam lalu

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

Mantan pilot Marinir AS yang menentang ekstradisi dari Australia, tanpa sadar bekerja dengan seorang peretas Tiongkok, kata pengacaranya.

Baca Selengkapnya

Pasukan Penjaga Pantai Filipina Pastikan Jaga Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Pasukan Penjaga Pantai Filipina Pastikan Jaga Laut Cina Selatan

Penjaga Pantai Filipina berkomitmen menjaga wilayah Laut Cina Selatan yang dipersengketakan agar Beijing tidak bisa reklamasi.

Baca Selengkapnya

Warga Cina Diduga Menambang Emas Secara Ilegal, Ini Modusnya

1 hari lalu

Warga Cina Diduga Menambang Emas Secara Ilegal, Ini Modusnya

Seorang warga Cina berinisial YH diduga menambang bijih emas secara ilegal dan memproduksi emas batangan di bawah tanah di Kabupaten Ketapang

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Perdagangan Indonesia-Israel hingga Dubes Israel Robek Piagam PBB

2 hari lalu

Top 3 Dunia: Perdagangan Indonesia-Israel hingga Dubes Israel Robek Piagam PBB

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 11 Mei 2024 diawali oleh tanggapan Dubes Palestina Zuhair Al-Shun soal perdagangan antara Indonesia-Israel

Baca Selengkapnya

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

3 hari lalu

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Dubes Cina untuk PBB Fu Cong mendesak Amerika Serikat untuk tidak menghalangi proses keanggotaan penuh Palestina di PBB yang didukung Majelis Umum

Baca Selengkapnya

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

3 hari lalu

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan keuntungan nilai tambah hilirisasi nikel di Indonesia selama ini lebih banyak tersalur ke Cina.

Baca Selengkapnya