Pemimpin Arab Saudi dan Negara-negara Muslim Serukan Segera Diakhirinya Perang Gaza
Editor
Ida Rosdalina
Sabtu, 11 November 2023 21:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi dan negara-negara Muslim pada Sabtu, 11 November 2023, menyerukan diakhirinya segera operasi militer Israel di Gaza, dan menyatakan pada pertemuan puncak gabungan Islam-Arab di Riyadh bahwa Israel memikul tanggung jawab atas "kejahatan" terhadap warga Palestina.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi, mengumpulkan para pemimpin Arab dan Muslim untuk menghadiri pertemuan puncak tersebut ketika kerajaan tersebut berupaya menggunakan pengaruhnya untuk menekan Amerika Serikat dan Israel agar mengakhiri permusuhan di Gaza.
Puluhan pemimpin termasuk Presiden Iran Ebrahim Raisi, Presiden Turki Tayyip Erdogan, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang diterima kembali di Liga Arab awal tahun ini, menghadiri pertemuan tersebut.
Pangeran Mohammed mengatakan kerajaannya menegaskan “kecaman dan penolakan tegas terhadap perang biadab terhadap saudara-saudara kita di Palestina”.
“Kita menghadapi bencana kemanusiaan yang membuktikan kegagalan Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional untuk mengakhiri pelanggaran mencolok Israel terhadap hukum internasional,” katanya dalam pidatonya di pertemuan puncak tersebut.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan warga Palestina sedang menghadapi “perang genosida” dan meminta Amerika Serikat untuk mengakhiri “agresi” Israel.
Raisi memuji kelompok Palestina Hamas atas perangnya melawan Israel dan mendesak negara-negara Islam untuk menjatuhkan sanksi minyak dan barang terhadap Israel.
“Tidak ada jalan lain selain melawan Israel, kami mencium tangan Hamas atas perlawanannya terhadap Israel,” kata Raisi dalam pidatonya.
Timur Tengah berada dalam kegelisahan sejak pejuang Hamas mengamuk di Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang.
Sejak itu, Israel telah meningkatkan serangannya di Gaza, di mana 11.078 orang telah terbunuh pada Jumat, 40% di antaranya adalah anak-anak, menurut pejabat Palestina.
<!--more-->
Negara-negara Arab Terbagi
Pertempuran meningkat hingga Sabtu malam di dekat rumah sakit yang penuh sesak di Kota Gaza, kata para pejabat Palestina.
Seorang bayi meninggal di inkubator rumah sakit terbesar di Gaza setelah listrik padam, dan seorang pasien dalam perawatan intensif terbunuh oleh serangan Israel, kata kementerian kesehatan Palestina.
Perang tersebut telah mengubah aliansi tradisional karena Riyadh semakin dekat dengan Iran, menolak tekanan AS untuk mengecam Hamas dan menunda rencana normalisasi hubungan dengan Israel.
Kunjungan Raisi ke Arab Saudi adalah yang pertama yang dilakukan kepala negara Iran dalam lebih dari satu dekade. Teheran dan Riyadh mengakhiri permusuhan selama bertahun-tahun berdasarkan kesepakatan yang ditengahi Tiongkok pada bulan Maret.
Erdogan menyerukan konferensi perdamaian internasional untuk menemukan solusi permanen atas konflik antara Israel dan Palestina.
“Apa yang kita butuhkan di Gaza bukanlah jeda selama beberapa jam, melainkan kita memerlukan gencatan senjata permanen,” kata Erdogan pada pertemuan puncak tersebut.
Emir Qatar mengatakan negaranya, tempat beberapa pemimpin Hamas bermarkas, berupaya menengahi pembebasan sandera Israel dan berharap gencatan senjata kemanusiaan akan segera tercapai.
“Sampai kapan masyarakat internasional akan memperlakukan Israel seolah-olah berada di atas hukum internasional,” ujarnya.
Kerajaan itu dijadwalkan menjadi tuan rumah dua pertemuan puncak luar biasa, Organisasi Kerja Sama Islam dan Liga Arab, pada Sabtu dan Minggu. KTT gabungan tersebut akan menggantikan dua pertemuan tersebut mengingat situasi Gaza yang “luar biasa”, kata Kementerian Luar Negeri Saudi.
Hamas telah meminta KTT tersebut untuk mengambil “keputusan bersejarah dan tegas serta langkah untuk segera menghentikan agresi Zionis”.
Para menteri luar negeri negara-negara Arab berbeda pendapat ketika beberapa negara, dipimpin oleh Aljazair, menyerukan pemutusan total hubungan diplomatik dengan Israel, kata dua delegasi kepada Reuters.
Negara-negara Arab lainnya, yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, menolak kebijakan tersebut dan menekankan perlunya menjaga saluran tetap terbuka dengan pemerintahan Netanyahu, kata mereka.
REUTERS
Pilihan Editor: MER-C: Bantuan Kemanusiaan Sudah Disalurkan ke Rumah Sakit Indonesia