Tak Mampu Hentikan Genosida di Gaza, Direktur Komisaris Tinggi HAM PBB Mengundurkan Diri

Rabu, 1 November 2023 14:00 WIB

Logo PBB terlihat di jendela di lorong kosong di markas besar PBB selama debat tingkat tinggi Majelis Umum PBB ke-75 di New York, AS, 21 September 2020. REUTERS/Mike Segar

TEMPO.CO, Jakarta - Craig Mokhiber Direktur Kantor Komisaris Tinggi HAM PBB (OHCHR) di New York, Amerika Serikat mengundurkan diri dengan alasan organisasinya tak mampu menghentikan pembantaian warga Palestina di Gaza oleh Israel. Mokhiber, seorang pengacara HAM dengan pengalaman menginvestigasi situasi HAM di Palestina sejak 1980-an, mengajukan surat pengunduran dirinya kepada Komisaris Tinggi HAM, Volker Turk, pada Sabtu, 28 Oktober 2023 waktu setempat.



“Sekali lagi, kita melihat genosida terjadi di depan mata kita, dan organisasi yang kita layani tampaknya tidak berdaya untuk menghentikannya,” kata Mokhiber dalam surat yang beredar di media sosial, seperti diunggah oleh seorang jurnalis Al Jazeera di X pada Selasa, 31 Oktober 2023.



Mokhiber, yang telah bekerja di PBB sejak 1992, mengatakan selama kariernya di PBB ia telah menyaksikan genosida terhadap kelompok etnis Tutsi di Rwanda, muslim di Bosnia, Yazidi di Irak, dan Rohingya di Myanmar. Dalam setiap kasus tersebut, katanya, kegagalan PBB untuk mencegah kekejaman massal baru jelas setelah kengerian yang dilalui warga sipil berakhir.



Ia menyamakan kasus-kasus tersebut dengan gelombang pembunuhan dan kekerasan yang dialami warga Palestina sepanjang masa berdirinya PBB.


“Komisaris Tinggi, kita gagal lagi,” ujarnya.

Advertising
Advertising


Kepada Komisaris Tinggi, ia mengatakan bahwa situasi di Palestina merupakan contoh sempurna dari genosida. Mokhiber menuding pemerintah Amerika Serikat, Inggris, dan sebagian besar negara Eropa “sepenuhnya terlibat dalam serangan mengerikan ini”.



Selain menolak untuk menuruti Konvensi Jenewa, kata Mokhiber, negara-negara tersebut juga secara aktif mempersenjatai serangan tersebut, memberikan dukungan ekonomi dan intelijen, dan memberikan perlindungan politik dan diplomatik atas kekejaman Israel.

Ameirka Serikat, Inggris, dan negara-negara Eropa seperti Jerman, Belanda, dan Prancis telah secara terbuka mendukung hak Israel untuk membela diri. Menteri-menteri dari negara-negara tersebut menyatakan dukungannya pada dialog terbuka Dewan Keamanan PBB tentang situasi di Timur Tengah pada Selasa, 24 Oktober 2023. Mereka mendukung hak Israel untuk membela diri atas serangan kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan setidaknya 1.400 orang dan menyandera sekitar 224 lainnya. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan balasan dari Israel yang berupa serentetan serangan udara dan darat serta blokade, sejauh ini telah menewaskan lebih dari 8 ribu warga Palestina.


Amerika Serikat diduga telah menggelontorkan uang miliaran dolar untuk membantu Israel. Pendanaan militer Amerika Serikat untuk Israel itu, mencapai US$3,8 miliar (Rp60 triliun) pada 2023, sebagai bagian dari kesepakatan senilai US$38 miliar (Rp606 triliun) selama 10 tahun yang diteken oleh mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada 2016.



Presiden Amerika Serikat Joe Biden sebelumnya juga mengusulkan paket tambahan sebesar US$106 miliar (Rp1,6 kuadriliun) untuk meningkatkan pertahanan Ukraina, dan sisanya dibagi ke Israel, Indo-Pasifik, dan penegakan perbatasan. Lebih spesifik, sekitar US$14 miliar (Rp222 triliun) akan diberikan ke Israel untuk mendanai dukungan pertahanan udara dan rudal serta inisiatif lainnya.


Serukan solusi satu negara dan akui penjajahan Israel
Dalam suratnya, Mokhiber mengangkat sepuluh poin untuk mengatasi situasi di Palestina, yaitu tindakan nyata, kejelasan visi, solusi satu negara, memerangi apartheid, pemulangan dan kompensasi bagi warga Palestina, kebenaran dan keadilan, perlindungan, perlucutan senjata, mediasi, dan solidaritas.



Menurut Mokhiber, PBB harus meninggalkan Perjanjian Oslo yang dianggapnya gagal dan tidak jujur. Perjanjian yang disetujui pada 1993 tersebut mengesahkan pendirian Otoritas Nasional Palestina dan mengakuinya sebagai mitra Israel dalam negosiasi tentang pemukiman Israel di kota Yerusalem, pemeliharaan kontrol Israel atas keamanan setelah pembentukan otonomi Palestina, dan hak Palestina kembali. Perjanjian ini tidak membangun negara Palestina yang pasti.

Ia pun mengatakan PBB harus mengakui kenyataan bahwa negara dengan kekuatan yang tidak proporsional (Israel) sedang menjajah, menganiaya, dan merampas penduduk asli di wilayah Palestina berdasarkan etnis. Alih-alih mendorong solusi dua negara seperti para pemimpin dunia, ia mengusulkan solusi pendirian satu negara, yaitu Palestina.



“Kita harus mendukung pembentukan negara tunggal, demokratis, sekuler di seluruh wilayah Palestina yang bersejarah, dengan hak yang sama bagi umat Kristen, Muslim, dan Yahudi. Dan oleh karena itu, (mendukung) penghapusan proyek kolonial pemukim yang sangat rasis, dan mengakhiri apartheid di seluruh negeri,” katanya.


Mokhiber juga menekankan perlunya penegakan hak untuk kembali dan kompensasi penuh bagi semua warga Palestina dan keluarga mereka yang saat ini tinggal di wilayah-wilayah pendudukan, Lebanon, Yordania, Suriah, dan diaspora di seluruh dunia. Diakuinya, hal ini memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dicapai, dan negara-negara Barat akan melawan di setiap langkah, sehingga semua pihak harus tabah.



Sementara untuk solusi jangka pendek, ia menyerukan antara lain gencatan senjata dan mengakhiri pengepungan yang sudah berlangsung lama di Gaza, menentang pembersihan etnis di Palestina, mendokumentasikan serangan genosida di Gaza, serta memberikan bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi besar-besaran kepada rakyat Palestina.

“Kegagalan PBB di Palestina sejauh ini bukan menjadi alasan bagi kita untuk mundur,” katanya.

Pilihan Editor: PBB Nilai Pernyataan Hasto PDIP soal Ketum Parpol Tersandera Kartu Truf Berlebihan

Berita terkait

Orang Tua 900 Tentara Israel Desak Menhan Hentikan Serangan ke Rafah: Ini Jebakan Maut!

23 menit lalu

Orang Tua 900 Tentara Israel Desak Menhan Hentikan Serangan ke Rafah: Ini Jebakan Maut!

Orang tua dari lebih 900 tentara Israel yang bertugas di Gaza telah menulis surat yang mendesak militer Israel untuk membatalkan serangan di Rafah

Baca Selengkapnya

5 Tentara Israel Tewas di Gaza, Tertembak Tank Teman

46 menit lalu

5 Tentara Israel Tewas di Gaza, Tertembak Tank Teman

Militer Israel mengatakan lima tentara Israel tewas tertembak tank mereka sendiri di Jabalia.

Baca Selengkapnya

Ini Rencana Besar Negara-negara Arab untuk Palestina Pascaperang

1 jam lalu

Ini Rencana Besar Negara-negara Arab untuk Palestina Pascaperang

Negara-negara Arab berkumpul membahas masa depan Palestina pascaperang.

Baca Selengkapnya

Pengungsi Palestina Terlunta-lunta, PMI akan Kirim Bantuan 500 Unit Tenda ke Gaza

2 jam lalu

Pengungsi Palestina Terlunta-lunta, PMI akan Kirim Bantuan 500 Unit Tenda ke Gaza

Sekretaris Jenderal PMI menyatakan akan terus mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina, termasuk 500 unit tenda yang bakal dikirim pekan ini

Baca Selengkapnya

Meta Naikkan Kembali Unggahan Facebook Pertemuan PM Anwar Ibrahim dengan Hamas

3 jam lalu

Meta Naikkan Kembali Unggahan Facebook Pertemuan PM Anwar Ibrahim dengan Hamas

Meta Platforms kembali menaikkan unggahan Facebook dari media Malaysia tentang pertemuan PM Anwar Ibrahim dengan petinggi Hamas.

Baca Selengkapnya

Deretan Pimpinan Negara yang Pernah Dapat Surat Penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional

4 jam lalu

Deretan Pimpinan Negara yang Pernah Dapat Surat Penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional

Mahkamah Pidana Internasional pernah mengerbitkan surat penangkapan sejumlah pimpinan negara. Belum ada dari Israel

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

4 jam lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, Staf Yahudi Biden Mundur Memprotes Dukungan AS terhadap Israel di Gaza

5 jam lalu

Pertama Kali, Staf Yahudi Biden Mundur Memprotes Dukungan AS terhadap Israel di Gaza

Lily Greenberg Call, seorang staf Yahudi di Departemen Dalam Negeri AS, menuduh Biden memberikan dukungan bagi "bencana" serangan Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

9 WNI Relawan MER-C Tertahan Keluar dari Jalur Gaza

6 jam lalu

9 WNI Relawan MER-C Tertahan Keluar dari Jalur Gaza

Sembilan orang relawan medis MER-C tertahan ketika berupaya keluar dari Jalur Gaza lewat perbatasan Rafah.

Baca Selengkapnya

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

6 jam lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya