Cointelpro, Program Ilegal FBI Memata-matai Warga Amerika Serikat Sendiri dengan 5 Metode

Minggu, 24 September 2023 13:01 WIB

Logo FBI.

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 8 Maret 1971, sebuah aksi besar dilakukan sekelompok orang di Amerika Serikat. Kelompok berisi seorang sopir taksi, penyedia penitipan anak, dan dua profesor membobol kantor Federal Bureau of Investigation (FBI) di Media, Pennsylvania, dan mencuri lebih dari 1.000 dokumen rahasia.

Mengutip Zinn Education Project, dokumen-dokumen tersebut berisi informasi terkait Counter Intelligence Program atau disingkat Cointelpro yang merupakan serangkaian aktivitas ilegal yang dilakukan FBI. Temuan itu kemudian mereka kirimkan secara anonim ke sejumlah surat kabar di Amerika Serikat.

Orang-orang yang terlibat dalam operasi pembobolan kantor FBI itu merupakan anggota Komisi Warga untuk Investigasi FBI. Malam “Fight of the Century”, pertandingan tinju besar antara Muhammad Ali melawan Joe Frazier, dipilih menjadi waktu pembobolan dilakukan yang mana ketika itu semua mata terpaku pada pertarungan paling ambisius tersebut.

Dokumen FBI itu menunjukkan bahwa Cointelpro menargetkan kelompok dan individu yang dianggap FBI subversif yang di antaranya meliputi organisasi feminis, Partai Komunis AS, penyelenggara anti-Perang Vietnam, aktivis hak -hak sipil, hingga gerakan kulit hitam. Operasi rahasia di bawah label resmi Cointelpro terjadi antara mulai 1956 hingga 1971.

Mengutip Blackpast, J. Edgar Hoover, direktur FBI ketika itu, menganggap kelompok nasionalis kulit hitam militan sebagai ancaman paling berbahaya yang dihadapi Amerika Serikat saat itu karena dianggap berpotensi menimbulkan kerusuhan dan kekerasan sipil.

Advertising
Advertising

Cointelpro berfokus pada Partai Black Panther, Malcolm X, Nation of Islam, dan lainnya. Cointelpro juga berupaya melemahkan, mengintimidasi, dan memfitnah para pemimpin kulit hitam yang jelas-jelas tidak melakukan kekerasan seperti Martin Luther King Jr.

Menurut pengacara Brian Glick dalam bukunya yang berjudul War at Home, FBI menggunakan lima metode utama selama COINTELPRO, yakni:

Infiltrasi

Agen dan informan tidak hanya memata-matai aktivis politik. Tujuan utama mereka adalah untuk mendiskreditkan, mengganggu dan mengarahkan tindakan secara negatif. Kehadiran mereka merusak kepercayaan dan menakuti calon pendukung. FBI dan polisi mengeksploitasi ketakutan ini untuk menjelek-jelekkan aktivis asli sebagai agen.

Perang psikologis

FBI dan polisi menggunakan berbagai "trik kotor" untuk melemahkan gerakan. Mereka menyebarkan berita palsu di media dan menerbitkan selebaran palsu serta publikasi lainnya atas nama kelompok sasaran. Mereka memalsukan korespondensi, mengirim surat tanpa nama, dan melakukan panggilan telepon tanpa nama.

Mereka menyebarkan informasi yang salah tentang pertemuan dan acara, membentuk kelompok gerakan palsu yang dijalankan oleh agen pemerintah, dan memanipulasi atau mempersenjatai orang tua, majikan, tuan tanah, pejabat sekolah, dan pihak lain untuk menimbulkan masalah bagi para aktivis.

Intimidasi melalui sistem hukum

FBI dan polisi menyalahgunakan sistem hukum untuk mengintimidasi para pembangkang dan menjadikan mereka tampak seperti penjahat. Petugas hukum memberikan kesaksian palsu dan memberikan bukti palsu sebagai dalih untuk melakukan penangkapan palsu dan memenjarakan pihak sasaran.

Mereka secara diskriminatif menerapkan undang-undang perpajakan dan peraturan pemerintah lainnya serta menggunakan pengawasan yang mencolok, wawancara "investigasi", dan panggilan pengadilan oleh dewan juri dalam upaya untuk mengintimidasi para aktivis dan membungkam para pendukung mereka.

Kekuatan ilegal

FBI berkonspirasi dengan departemen kepolisian setempat untuk mengancam para pembangkang, melakukan pembobolan ilegal untuk menggeledah rumah-rumah pembangkang, melakukan vandalisme, penyerangan, pemukulan dan pembunuhan. Tujuannya adalah untuk menakut-nakuti atau melenyapkan para pembangkang dan mengganggu gerakan mereka.

Merusak opini publik

Salah satu cara utama FBI menargetkan organisasi adalah dengan merusak reputasi mereka di masyarakat dan menolak platform mereka untuk mendapatkan legitimasi. Mereka secara khusus merancang program untuk menghalangi para pemimpin menyebarkan filosofi mereka secara publik atau melalui media komunikasi.

Selain itu, organisasi tersebut menciptakan dan mengendalikan media negatif yang dimaksudkan untuk melemahkan organisasi kekuatan kulit hitam. Misalnya, mereka mengawasi pembuatan "dokumenter" yang diedit dengan terampil untuk menggambarkan Partai Black Panther sebagai agresif, dan surat kabar palsu yang menyebarkan informasi yang salah tentang anggota partai. Kemampuan FBI untuk menciptakan ketidakpercayaan di dalam dan di antara organisasi-organisasi revolusioner mencemari citra publik mereka dan melemahkan peluang persatuan dan dukungan publik.

Menurut laporan senat, motivasi FBI melakukan program itu adalah untuk "melindungi keamanan nasional, mencegah kekerasan, dan menjaga tatanan sosial dan politik yang ada". Ketika dokumen itu dibocorkan, banyak surat kabar pada awalnya menolak untuk mempublikasikan informasi tersebut. The Washington Post menjadi surat kabar pertama yang bersedia mempublikasikan bocoran dokumen itu. Setelahnya, langkah The Washington Post itu kemudian diikuti oleh surat kabar lain yang turut menyebarluaskan informasi tersebut.

Anggota Komisi Warga untuk Investigasi FBI yang terlibat dalam pembobolan tersebut tidak pernah tertangkap atau diungkapkan namanya hingga 2014. Pada 2015, film dokumenter yang menceritakan kasus tersebut berjudul 1971 dirilis ke publik.

Pilihan Editor: Skandal Watergate: Upaya Richard Nixon Memata-matai Partai Demokrat, Nyaris Terjadi Pemakzulan

Berita terkait

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

1 jam lalu

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

26 perusahaan kapas asal Cina tak bisa melakukam impor ke Amerika Serikat karena diduga melakukan kerja paksa ke minoritas warga Uighur.

Baca Selengkapnya

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

5 jam lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

6 jam lalu

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

RUU tersebut diperkirakan tidak akan menjadi undang-undang, tetapi lolosnya beleid itu di DPR AS menunjukkan kesenjangan pada tahun pemilu soal Israel

Baca Selengkapnya

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

21 jam lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

1 hari lalu

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

Seorang anggota Kongres AS mendorong resolusi yang mengakui peristiwa Nakba dan hak pengungsi Palestina.

Baca Selengkapnya

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

1 hari lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya

All 4 One Gelar Konser di Jakarta 23 Juni, Ini Profil Grup Vokal yang Populerkan Lagu I Swear

1 hari lalu

All 4 One Gelar Konser di Jakarta 23 Juni, Ini Profil Grup Vokal yang Populerkan Lagu I Swear

Grup vokal legendaris dari Amerika Serikat, All 4 One menggelar konser bertajuk All 4 One 30 Years Anniversary Tour di Jakarta pada 23 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

1 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

1 hari lalu

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

Pejabat AS mengatakan Israel tak bisa menang melawan Hamas karena strateginya meragukan.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

2 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyerahkan paket bantuan senjata untuk Israel senilai USD1 miliar (Rp16 triliun)

Baca Selengkapnya