Ada Pencurian, Uni Eropa Tahan Bantuan Pangan untuk Somalia

Selasa, 19 September 2023 17:30 WIB

Bencana kelaparan di Somalia. AP

TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa (UE) memutuskan sementara waktu menahan bantuan pangan untuk Program Pangan Dunia (WFP) di Somalia setelah PBB menemukan kasus pencurian dan penyalahgunaan yang besar terhadap bantuan untuk mencegah kelaparan.



Data PBB memperlihatkan Komisi Eropa telah mengucurkan dana bantuan lebih dari USD 7 juta (Rp 107 miliar) untuk opersional WFP di Somalia pada tahun lalu. Total Somalia diperkirakan sudah menerima uang bantuan lebih dari USD 1 miliar (Rp 15 trilun). Negara-negara anggota UE juga mengucurkan uang lebih banyak secara bilateral, dan saat ini belum jelas apakah mereka juga akan menghentikan bantuan.



Juru bicara Komisi Eropa, Balazs Ujvari, tidak membenarkan atau menyangkal penangguhan sementara pemberian uang bantuan tersebut. Ujvari hanya mengatakan sejauh ini, UE belum diberitahu oleh mitra-mitranya di PBB mengenai dampak finansial terhadap proyek-proyek yang didanai UE.

“Meskipun demikian, kami akan terus memantau situasi dan mematuhi pendekatan kami yang tidak menoleransi penipuan, korupsi, atau pelanggaran lainnya,” katanya.

Hingga berita ini diturunkan, perwakilan WFP belum memberi komentar soal ini.

Korupsi penguasa di Somalia
Seorang pejabat senior di UE mengatakan keputusan tersebut diambil setelah penyelidikan PBB menyimpulkan bahwa pemilik tanah, otoritas lokal, anggota pasukan keamanan dan pekerja kemanusiaan semuanya terlibat dalam pencurian bantuan yang ditujukan untuk kelompok rentan.

Melansir dari Reuters, pejabat yang berbicara tanpa menyebut nama mengatakan bantuan tersebut akan dikembalikan setelah WFP memenuhi persyaratan tambahan, seperti pemeriksaan mitra di Somalia. Pejabat senior UE kedua membenarkan hal itu.

Sumber ketiga, yang juga seorang pejabat Uni Eropa, mengatakan bahwa Komisi sedang “bekerja sama secara aktif dengan WFP untuk menyelesaikan permasalahan sistemik”, namun mengatakan tidak ada bantuan yang ditahan saat ini.

Laporan hasil investigasi PBB tertanggal 7 Juli, yang diberi tanda “sangat rahasia,” ditugaskan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menurut salinan yang ditinjau oleh Reuters. Isinya pertama kali diterbitkan pada hari Senin oleh Devex, sebuah outlet media yang berfokus pada pembangunan internasional.

Laporan tersebut mengutip para pengungsi internal (IDP) yang mengatakan bahwa mereka dipaksa membayar hingga setengah dari bantuan tunai yang mereka terima kepada orang-orang yang mempunyai kekuasaan ketika menghadapi ancaman penggusuran, penangkapan, atau pencabutan pendaftaran dari daftar penerima bantuan.

Komisi Eropa menyumbang 10 juta euro ke Somalia dan negara tetangganya, Ethiopia melalui WFP, dan penahanan bantuan mencakup sebagian dari jumlah tersebut, menurut salah satu pejabat senior UE.

Kantor Penanggulangan Bencana Somalia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, 18 September 2023, pihak berwenang Somalia berkomitmen menyelidiki temuan-temuan yang dimuat dalam laporan PBB, sambil menambahkan bahwa sistem pengiriman bantuan saat ini beroperasi “di luar saluran pemerintah”.

Laporan PBB tidak menyatakan jumlah bantuan yang dialihkan di Somalia, namun menyebut temuannya menunjukkan pengalihan bantuan pasca-pengiriman di Somalia meluas dan sistemik. Para penyelidik menemukan adanya pengalihan bantuan di 55 lokasi pengungsian di Somalia. Sekitar 3,8 juta orang menjadi pengungsi di negara tersebut – salah satu angka tertinggi di dunia.

Distribusi bantuan telah menjadi masalah di Somalia selama beberapa dekade, dibuat semakin pelik oleh lemahnya institusi pemerintah, ketidakamanan yang meluas akibat pemberontakan kelompok Islam, dan marginalisasi klan minoritas.

Uang tunai juga rentan dikorupsi
Sejak terungkapnya pencurian bantuan pada bencana kelaparan tahun 2011, lembaga-lembaga kemanusiaan telah mengubah sebagian besar sistem bantuan mereka menjadi bantuan tunai, yang menurut beberapa pejabat tidak terlalu rentan terhadap korupsi.

Melalui laporannya, PBB membuktikan bahwa sistem berbasis uang tunai ternyata juga dapat dieksploitasi. Laporan tersebut mengidentifikasi berbagai pelaku, yang dipimpin oleh “penjaga gerbang”, yaitu individu-individu berkuasa dari klan lokal yang dominan.

Para penjaga ini memanfaatkan kekuasaan mereka terhadap akses ke lokasi kamp dan daftar penerima makanan untuk memaksa pembayaran dari pengungsi. Anggota pasukan keamanan juga dilaporkan berperan dengan mengintimidasi dan terkadang menangkap mereka yang menolak membayar, sementara beberapa pekerja kemanusiaan berkolusi dengan penjaga gerbang untuk mengantongi dana curian.



REUTERS

Advertising
Advertising

Pilihan Editor: Turki Masuk Daftar Tunggu Uni Eropa 24 Tahun, Erdogan: Mungkin Saatnya Kita Berpisah

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

18 jam lalu

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

Dari total sumbangan dana USD2.7 miliar (Rp43 triliun) yang dibutuhkan, baru 12 persen yang diterima OCHA untuk mengatasi kelaparan di Sudan.

Baca Selengkapnya

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

1 hari lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis Hambat Bantuan ke Gaza!

1 hari lalu

Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis Hambat Bantuan ke Gaza!

Menlu Retno Marsudi menilai bantuan kemanusiaan ini sangat diperlukan masyarakat Gaza saat ini.

Baca Selengkapnya

Pencurian Modus Pecah Kaca di Bekasi, Uang Biaya Rumah Sakit Rp 450 Juta Amblas

2 hari lalu

Pencurian Modus Pecah Kaca di Bekasi, Uang Biaya Rumah Sakit Rp 450 Juta Amblas

Pencurian modus pecah kaca mobil itu diduga terjadi saat korban dan ayahnya makan di Warung Gabus Pucung di Rawalumbu. Kota Bekasi.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Kawanan Perampok Modus Jual Mobil Bekas Murah di Bogor, Dipasangi GPS dan Kunci Digandakan

2 hari lalu

Polisi Tangkap Kawanan Perampok Modus Jual Mobil Bekas Murah di Bogor, Dipasangi GPS dan Kunci Digandakan

Kawanan perampok menggandakan kunci dan memasang GPS di mobil tersebut agar bisa melacak dan mencuri kembali kendaraan itu.

Baca Selengkapnya

BRI Peduli Salurkan Bantuan Bencana Bagi Warga Terdampak Banjir di Sumatera Barat

2 hari lalu

BRI Peduli Salurkan Bantuan Bencana Bagi Warga Terdampak Banjir di Sumatera Barat

Bencana banjir lahar dingin yang melanda enam kabupaten dan kota di Sumatera Barat (Sumbar) tidak hanya menimbulkan kerugian material yang signifikan, tetapi juga membawa duka mendalam dengan adanya korban jiwa.

Baca Selengkapnya

Kepergok Hendak Mencuri Motor, Pria di Bekasi Tewas Dikeroyok Massa

3 hari lalu

Kepergok Hendak Mencuri Motor, Pria di Bekasi Tewas Dikeroyok Massa

Pria yang diduga hendak mencuri sepeda motor itu diteriaki maling lalu dikejar dan dihujani pukulan oleh massa hingga tewas.

Baca Selengkapnya

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

3 hari lalu

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

Banjir bandang di Sungai Yangtze pada 1931 merupakan salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah China, bahkan di dunia.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

3 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyerahkan paket bantuan senjata untuk Israel senilai USD1 miliar (Rp16 triliun)

Baca Selengkapnya

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

3 hari lalu

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

PROTECT ditujukan untuk memperkuat hak-hak perempuan pekerja migran, anak-anak dan kelompok berisiko di Indonesia

Baca Selengkapnya